Jakarta (31/7). Setiap tanggal 30 Juli, bangsa Indonesia memperingati Hari Ikrar Gerakan Pramuka. Hari ini dikenang sebagai momen bersejarah, ketika berbagai organisasi kepanduan melebur menjadi satu dalam wadah Gerakan Pramuka.
Ketua DPP LDII sekaligus Majelis Pembimbing Satuan Komunitas Pramuka Sekawan Persada Nusantara (Sako SPN) Edwin Sumiroza menegaskan, Hari Ikrar Gerakan Pramuka menjadi simbol persatuan, dan refleksi atas semangat kebangsaan yang tetap relevan di tengah tantangan zaman. Menurutnya hari tersebut menjadi momen evaluasi dan penguatan nilai-nilai karakter bangsa.
“Peringatan ini mengandung makna penting, sebagai momen penyatuan dan semangat kebersamaan dalam Gerakan Pramuka yang sebelumnya terpisah-pisah dalam berbagai bentuk. Nilai ikhlas dan kebersamaan saat itu menjadi teladan luar biasa bagi generasi kini,” ungkapnya.
Menurut Edwin, Sako SPN sebagai bagian dari elemen kepramukaan nasional memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga semangat ikrar dan persatuan, terutama di tengah krisis karakter dan lunturnya nasionalisme generasi muda.
“Kami terus berkomitmen untuk bergandengan tangan, membina generasi penerus bangsa dengan pendekatan yang terarah, terukur, dan berkelanjutan, sejak dari gugus depan. Karakter luhur seperti akhlakul karimah, kemandirian, serta religiusitas menjadi bekal utama yang kami tanamkan,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menumbuhkan rasa syukur atas perjuangan generasi terdahulu yang telah merintis Gerakan Pramuka, dengan cara mewujudkan amal nyata melalui pembinaan karakter di era modern. “Kelancaran hari ini adalah hasil amal saleh generasi sebelumnya. Kini kewajiban kita adalah menyiapkan generasi selanjutnya yang lebih kuat, lewat Gerakan Pramuka,” ujar Edwin.

Sementara itu, Ketua Pinsakonas Sako SPN Herlan Maulana menjelaskan bahwa Hari Ikrar Gerakan Pramuka menjadi momentum untuk merefleksikan jati diri bangsa. “Semangat ikrar bukan hanya warisan sejarah, tapi juga panggilan moral untuk membentuk manusia Indonesia yang patriotik, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global, termasuk dominasi budaya digital dan polarisasi sosial,” tegas Herlan.
Ia memaparkan, nilai-nilai ikrar yang lahir dari semangat penyatuan di tahun 1961 kini perlu dimaknai ulang sebagai bentuk adaptasi terhadap tantangan zaman. “Nasionalisme hari ini bukan sekadar simbol, tapi tindakan nyata seperti menjaga kebudayaan, aktif dalam isu kebangsaan, dan membangun solidaritas di tengah masyarakat multikultural,” jelasnya.
Sako SPN, lanjutnya, menjalankan peran strategis sebagai satuan komunitas yang berbasis nilai kebangsaan, kearifan lokal, dan semangat kebhinekaan. Melalui program-program pembinaan kepramukaan yang inklusif, Sako SPN hadir sebagai ruang netral yang mempersatukan lintas suku, agama, dan budaya.
“SAKO SPN adalah rumah bersama. Keberagaman bukan penghalang, tapi kekuatan. Dalam kegiatan kami, Tri Satya dan Dasa Darma dipadukan dengan 29 Karakter Luhur agar benar-benar ‘mbalung sumsum’ dalam diri setiap anggota,” tambahnya.
Herlan pun menyampaikan pesan kepada seluruh anggota Sako SPN agar terus menjaga ikrar pribadi sebagai Pramuka. “Pegang teguh Satya dan Dasa Dharma, bukan hanya diucapkan saat upacara, tapi dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah teladan di komunitasmu, aktiflah di masyarakat, dan manfaatkan teknologi secara bijak untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan,” tutupnya.
Melalui semangat Hari Ikrar Gerakan Pramuka, Sako SPN menegaskan komitmennya untuk tetap menjadi wadah pembentukan karakter generasi bangsa, agar cerdas secara intelektual sekaligus tangguh secara moral dan spiritual, demi menjaga keutuhan NKRI.