Kotamobagu (20/10). Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) Ahmad Ali menggelar Road Show Tausiyah Kebangsaan di Aula Kampus Institut Agama Islam Kotamobagu (IAIK) pada Rabu (8/10). Kegiatan mengusung tema “Mencapai Indonesia Emas 2045 dengan Hikmat dan Kebijaksanaan”.
Rektor IAIK, Muliadi Mokodompit dalam sambutannya mengungkapkan kesyukurannya IAIK menjadi bagian dari kegiatan road show tausiyah kebangsaan yang dibawakan oleh cendekiawan NU. “Terima kasih dan selamat datang di kampus kami. Semoga pertemuan ini membawa kebaikan dan hikmah bagi kita semua,” ujar Muliadi.
Pada kesempatan itu, Ahmad Ali didampingi anggota Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah DPP LDII, Ust. Dwi Pramono dan turut disambut Ketua Yayasan Darul Muttaqien, Zainul A. Lantong bersama segenap civitas akademika kampus.
Muliadi mengapresiasi kerja sama dan dukungan LDII dalam dunia pendidikan, khususnya di kampus IAIK. “Beberapa dosen IAIK juga merupakan warga LDII yang berkompeten dan berdedikasi tinggi, salah satunya Ust. Dwi Pramono yang saat ini juga hadir bersama kita di sini,” ujar Muliadi.
Ia berharap sinergi seperti ini dapat terus terjaga untuk bersama-sama membentuk generasi muda yang cerdas, berakhlakul karimah, dan cinta tanah air.
Sementara itu, Ketua Yayasan Darul Muttaqien yang juga merupakan Ketua Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (AMABOM), menyampaikan apresiasi atas terjalinnya hubungan baik antara LDII dan dunia pendidikan, termasuk dengan Kampus IAIK.
”Indonesia merupakan negara besar dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, namun sekaligus membutuhkan penguatan nilai kebangsaan dan spiritualitas dalam mengelola keberagamannya,” ujarnya.
Dalam tausiyahnya, Ahmad Ali menyebut Indonesia memiliki luas hampir dua juta kilometer persegi dengan puluhan ribu pulau dan sekitar 280 juta jiwa penduduk. “Keragaman ini adalah anugerah yang harus kita rawat dengan semangat kebersamaan, nasionalisme, dan moderasi beragama,” tuturnya yang juga Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.
Ahmad Ali juga menyinggung hasil risetnya tentang LDII yang tengah ia dalami untuk penyusunan buku ketiganya berjudul “Nasionalisme dan Peran Dakwah LDII di Indonesia”. Dalam pandangannya, ia menilai LDII memiliki karakter dan sistem pembinaan umat yang unik serta konsisten dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan di masyarakat.
“Ada banyak ormas Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah, namun yang menarik bagi saya untuk diteliti secara sistematis adalah LDII. Saya ingin mengkajinya secara ilmiah dan objektif berdasarkan data lapangan,” jelasnya.
Dalam risetnya, Wakil Sekretaris Lembaga Pengkajian dan Penelitian (LPBKI) MUI Pusat ini menemukan 11 nilai kebajikan yang dijalankan oleh jamaah LDII, seperti amal saleh, kebersihan, kedisiplinan, solidaritas, rukun, kerja sama, ukhuwah, kepedulian sosial, dan kemandirian. Selain itu, LDII juga menanamkan Tri Sukses Generus serta Enam Tabiat Luhur yang membentuk karakter warganya menjadi pribadi alim, mandiri, dan berakhlakul karimah.
Lebih lanjut, Ahmad Ali menegaskan bahwa LDII merupakan bagian dari Ahlusunnah wal Jamaah, yang berpedoman pada Al Quran dan As-Sunnah, serta mempelajari hadist-hadist Kutubus Sittah. Ia juga menegaskan pentingnya peran ormas Islam dalam menjaga nilai kebangsaan. “Dakwah hari ini harus menyejukkan, menguatkan moral bangsa, dan mempererat persaudaraan umat. Itulah semangat yang saya temukan dalam LDII dan patut menjadi teladan,” pungkasnya.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh jajaran pengurus DPW LDII Provinsi Sulawesi Utara, Pengurus DPD LDII Kota Kotamobagu, Pengurus DPD LDII Bolaang Mongondow serta perwakilan dari Kementerian Agama Kota Kotamobagu yang ikut mendukung kegiatan tersebut.
Tausiyah kebangsaan di Kampus IAIK ini menjadi momentum berharga bagi civitas akademika dan masyarakat untuk memperkuat komitmen kebangsaan, memperdalam nilai keislaman, serta mempererat sinergi antara dunia pendidikan, ormas Islam, dan pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan berkemajuan.