PALING UPDATE
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Home Nasehat

Jualan Terbaik

in Nasehat
390
0
Jualan Terbaik

Ilustrasi: Pinterest.

548
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Sudah lama saya tidak menyempatkan diri berkunjung ke Gramedia. Ketika akhirnya kembali ke sana bersama keluarga beberapa waktu lalu, perhatian saya pun langsung tertuju pada pajangan di etalase masuknya. Biasanya terpajang produk berlabel best seller’s dan produk sebagai pendatang baru yang akan berkompetisi merebut pangsa pasar di sana. Mata pun langsung scanning mencari-cari produk apa yang menjadi trending saat ini. Dan ternyata, banyak stok lama, bahkan saya sudah membaca bukunya 10 -15 tahun lalu. Tetapi kenapa sekarang masih menjadi best seller’s? Atau hanya sekadar strategi dagang untuk memberi cerita? Dua di antara best seller’s itu adalah Rich Dad Poor Dad dan Blink. Bagi penyuka buku pasti tahu karya siapa itu.

Ternyata fenomena best seller’s pernah diteliti seorang doktor dalam bidang statistik. Ia mencoba mengukur, sebenarnya berapa banyak buku yang terbit di Indonesia dan benar-benar menyandang predikat best seller. Hasilnya cukup menarik: hanya sekitar 30% buku yang berhasil menjadi laris manis, 40% berada di kategori sedang-sedang saja, sementara sisanya—sekitar 30%—benar-benar babak belur, tidak laku di pasaran.

Namun, sang doktor itu punya teori yang lebih dalam. Ia mengatakan bahwa kegagalan itu mutlak perlu. Justru karena ada 30% buku yang gagal, maka ada pula 30% buku yang berhasil. Tanpa kegagalan, tidak ada keberhasilan. Dalam bahasa statistik, semakin besar peluang gagal yang dialami, semakin besar pula potensi keberhasilan yang bisa dipetik. Singkatnya, kegagalan adalah saudara kembar kesuksesan. Mari kita cermati dalil indah di bawah ini.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 5-6).

Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat ini memiliki makna yang sama. Kata al ‘usr dalam ayat 5 sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat 6, karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama. Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.

Berbeda dengan kata “yusro (kemudahan)” , kata pertama (ayat 5) berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua (ayat 6) karena keduanya menggunakan isim nakiroh (kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan. Oleh karena itu, para ulama pun seringkali mengatakan, “Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan.” Dengan kata lain, di balik satu kesulitan ada dua kemudahan.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.” Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran, “Badai pastilah berlalu, yaitu setelah ada kesulitan pasti ada jalan keluar.”

Selanjutnya dalam ayat di atas, digunakan kata ma’a, yang asalnya bermakna “bersama”. Artinya, “kemudahan akan selalu menyertai kesulitan”. Oleh karena itu, para ulama seringkali mendeskripsikan, “Seandainya kesulitan itu memasuki lubang binatang dhob (yang berlika-liku dan sempit), kemudahan akan turut serta memasuki lubang itu dan akan mengeluarkan kesulitan tersebut.” Padahal lubang binatang dhob begitu sempit dan sulit untuk dilewati karena berlika-liku (zig-zag). Namun kemudahan akan terus menemani kesulitan, walaupun di medan yang sesulit apapun.

Dalam perspektif lain; kegagalan, jika dipandang dari kacamata positif, adalah guru terbaik. Dari kegagalan orang belajar, naluri semakin terasah, keberanian untuk mencoba hal baru tumbuh, dan jiwa menjadi lebih bijak. Perhitungan pun makin akurat, cara berpikir makin detail, dan strategi makin tajam. Oleh karena itu, Sang Pencipta mengingatkan dengan bijak dan santun;

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” [QS Al-Baqarah:185].

Namun, problem besar manusia adalah: kebanyakan orang takut pada kegagalan. Richard Farson dan Ralph Keyes dalam bukunya Whoever Makes The Most Mistakes Wins menuturkan, meskipun semua orang tahu bahwa kegagalan adalah guru berharga, tetap saja mayoritas orang berusaha keras menghindarinya. Ironisnya, alih-alih belajar, mereka justru terjebak menjadi pemain yang aman— safe player.

Akibatnya, muncul pola pikir yang serba hati-hati. Semua jalur inovasi yang berisiko ditutup rapat. Orang hanya mau berjalan di rute yang terang dan mulus. Apa yang gelap, misterius, atau belum pernah dicoba, dihindari. Inilah awal dari kegagalan inovasi. Padahal, jika ditilik lebih jauh, benih inovasi justru sering lahir dari kesalahan dan kegagalan. Tidak heran bila inovasi itu mahal ongkosnya.

Sang doktor kemudian menarik contoh ke dunia olahraga. Ia menyebut tim bulu tangkis Indonesia. Kita pernah berjaya, bahkan menjadi legenda dunia. Namun setelah mengalami serangkaian kekalahan dan kritik tajam, manajemennya tampak memilih jalur aman. Tidak ada gebrakan revolusioner, tidak ada perubahan manajemen yang berani. Akibatnya, prestasi justru makin terpuruk. Apalagi kalau bicara soal sepak bola. Kita sering lebih banyak menelan kecewa daripada bangga.

Padahal, sejarah olahraga dunia menunjukkan, kemenangan spektakuler sering tercipta justru dari jurus-jurus berisiko tinggi, bahkan terkadang dari keputusan yang nekat. Juara adalah mereka yang punya nyali besar. Mereka yang tidak takut kalah, karena tahu bahwa tanpa kegagalan tidak akan ada kemenangan besar. Allah, Tuhan Semesta Alam berjanji;

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thalaq: 7)

Saya merenung. Saya kontemplasi. Dan akhirnya tersadar. Ternyata hukum yang sama berlaku pula dalam kehidupan rohani. Dalam ibadah, khususnya dalam menghidupkan malam, seseorang tidak boleh berhenti hanya karena berkali-kali gagal bangun. Gagal sekali bukan akhir. Gagal dua kali pun belum tamat. Gagal 1000 kali pun, belum waktunya menyerah. Justru dari kegagalan-kegagalan itu seseorang belajar menemukan strategi baru, mencari cara lain, dan berani mencoba jalur yang lebih efektif.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْ

“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-Ankabut:69)

Ya, kadang diperlukan keberanian “nekat” untuk menantang diri. Karena belantara sepertiga malam bukan wilayah yang mudah. Kantuk datang menyerang, rasa malas menjerat, bahkan logika sering membenarkan alasan untuk menunda. Tapi justru di situlah letak kemenangan sejati. Gagal, coba lagi. Gagal, bangkit lagi. Gagal, berusaha lagi. Sampai akhirnya berhasil. Ingatlah selalu, tatakala satu pintu terkunci, ada pintu lain yang masih terbuka. Percayalah!

Jika dalam dunia bisnis atau olahraga, kegagalan bisa melahirkan inovasi dan strategi baru, maka dalam dunia ibadah, kegagalan melatih seseorang untuk lebih ikhlas, lebih tekun, dan lebih sadar bahwa hanya dengan pertolongan Allah-lah seseorang bisa berhasil. Kesalahan dan kegagalan bukan alasan untuk mundur, tetapi justru petunjuk bahwa ada jalan lain yang lebih tepat untuk ditempuh. Satu pintu tertutup, terdapat puluhan pintu lain terbuka.

Akhirnya, yang kita cari bukan sekadar label best seller’s di toko buku, melainkan pengakuan sebagai pribadi “best seller’s” di hadapan Allah. Pribadi yang berani melawan kantuk, mengatasi rasa malas, dan membiasakan diri menembus sunyinya malam. Allah telah menggambarkan pribadi semacam itu dalam Al-Qur’an:

كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17–18)

وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS At-Taubah:111)

Inilah ciri orang-orang bertakwa yang mampu menjual dirinya menjadi best seller’s: tidak terlena dalam kenyamanan, tidak takut pada kegagalan, berani mencoba lagi, dan terus menghidupkan malam dengan doa dan istighfar. Maka, apakah kita berani mengambil jalan yang sama? Jalan para juara kehidupan, para pemenang sejati, yang tidak gentar menghadapi kegagalan demi satu kemenangan besar: diterima sebagai hamba Allah yang mulia sebab takwanya.

Related Posts

Kita dan Remote Control
Nasehat

Kita dan Remote Control

by admin
August 11, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan Di zaman serba praktis ini, hampir...

Read more
Waktu Sahur
Nasehat

Waktu Sahur

by admin
August 4, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan Setidaknya, ada dua ayat dalam Al-Qur’an...

Read more
Qiyamullail
Nasehat

Qiyamullail

by admin
July 28, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan (Ketenangan yang Turun Saat Dunia Tertidur)...

Read more
Cara Wujudkan 3 Kata Kunci Keluarga Harmonis
Nasehat

Cara Wujudkan 3 Kata Kunci Keluarga Harmonis

by admin
July 24, 2025
0

Tiga kata yakni sakinah, mawaddah, dan wa rahmah merupakan impian semua orang ketika memulai kehidupan berumah tangga. Ust. Yoyok Dwi Sasongko dalam...

Read more
Menggenggam yang Abadi
Nasehat

Menggenggam yang Abadi

by admin
July 21, 2025
0

(Menemukan Arah di Tengah Ketidakpastian) Di tengah derasnya arus zaman yang serba cepat, segalanya tampak berubah dalam sekejap. Apa yang kemarin belum...

Read more
Lelah – Jadi Penerima Pesan
Nasehat

Lelah – Jadi Penerima Pesan

by admin
July 14, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan (Belajar Diam yang Cerdas) Ada sebentuk...

Read more
Nuansa Persada

Majalah Resmi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hubungi kami untuk layanan iklan online: marketing@nuansaonline.com

Follow Us

Recent News

Jualan Terbaik

Jualan Terbaik

August 18, 2025
PAC LDII Renon Gelar Family Gathering Outbound dan Kemah

PAC LDII Renon Gelar Family Gathering Outbound dan Kemah

August 18, 2025

ARSIP

  • Iklan
  • Privacy & Policy

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Energi
  • Fa Aina Tadzhabun
  • Iptek
  • Apa Siapa
  • Digital
  • Hukum
  • Jejak Islam
  • Kesehatan
  • Kisah Teladan
  • Laporan
  • Lentera Hati
  • Liputan Khusus
  • Lintas Daerah
  • Resonansi
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Remaja
  • Siraman Rohani
  • Khutbah (PDF)
    • Khutbah Jumat Bahasa Arab
    • Idul Fitri Bahasa Arab
    • Idul Fitri (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (ust. Imam Rusdi)
    • Idul Adha (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (Kediri 2017)

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In