Makassar (12/5). Setelah berhasil meraih Kategori Terbaik pada ajang Global Youth Innovation Summit (GYIS) 2024 silam. Generasi muda LDII asal Sorowako, Sulawesi Selatan ini kembali mewakili Indonesia di International Model United Nations (IMUN) Hanoi 2025 yang diselenggarakan pada 22-23 Maret 2025, di Horizon International School Hanoi Campus, Vietnam.
Pada kesempatan itu, pemuda dengan nama lengkap Muhammad Aflahal Mukmin salah satu santri Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Al-Mukhlis Makassar, berhasil mendapatkan dua penghargaan sekaligus. Ia meraih, The Honourable Mention of United Nations Women’s Council dan yang membanggakan lagi adalah The Best Country Cultural Performance dengan memperkenalkan “Batik dan Lagu Tanah Airku”.
“Ini bukti kerja keras hasil riset dan diplomasi yang saya lakukan selama persiapan. Dengan ini saya juga semakin bangga memperkenalkan budaya Indonesia di panggung Internasional,” ungkapnya dalam sebuah wawancara daring (25/3).
Bahkan, hasil dari draft resolution yang telah dibuat oleh Aflahal tentang kebijakan dan rekomendasi dalam isu United Nations Women’s Council tersebut, akan diteruskan menjadi suara pemuda dunia. Saat yang bersamaan, ia juga memperkenalkan salah satu batik yang berasal dari Luwu.
“Alhamdulillah, kemarin itu Batik Panji Singkerru’ Simulajaji yang merupakan motif sakral Istana Kedatuan Luwu yang melambangkan ikatan suci manusia dengan Tuhan, mendapat respon yang positif, selain maknanya yang mendalam juga motif yang menurut mereka itu langka dan unik,” jelas Aflahal.
Ketertarikkan Aflahal mengikuti ajang Internasional ini, tidak hanya berhubungan dengan jurusannya di perguruan tinggi yang sedang ditempuh, tetapi juga untuk meningkatkan personal branding-nya sebagai anak bangsa yang mendapat kesempatan mewakili Indonesia di forum global.
“Mumpung ada kesempatan, saya manfaatkan untuk meningkatkan diplomasi*, public speaking*, serta memperdalam pemahaman tentang isu-isu global, khususnya dalam lingkup United Nations Women’s Council (UN Women). Selain itu, saya ingin memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia Internasional melalui sesi pertukaran budaya,” Imbuhnya.

Menurut Aflahal juga, IMUN termasuk salah satu program pilihan untuk anak muda yang ingin berjejaring dalam skala Internasional. Dapat diikut mulai tingkat pelajar, mahasiswa, sampai praktisi profesional dari berbagai negara untuk mendiskusikan isu-isu global, serta mencari solusi melalui resolusi. Namun, untuk mengikuti kegiatan seperti ini harus memiliki kesiapan yang matang.
“Tidak hanya melakukan riset serta memahami isu yang hendak dibahas, mengikuti simulasi debat dan diskusi, serta menyusun strategi kebijakkan juga diperlukan. Bahkan, sampai harus memikirkan konsep bagaimana cara untuk memperkenalkan kebudayaan negara sendiri,” lanjut Aflahal.
Mahasiswa semester empat yang bercita-cita melanjutkan pendidikan ke Eropa tersebut, menjadikan kegiatan ini sebuah inspirasi baginya untuk terus meningkatkan peluang kolaborasi lintas negara, baik pada bidang diplomasi atapun kebudayaan.
“Insyaalloh bulan Juli besok saya akan berangkat ke Taiwan mengikuti kegiatan South East Asian South Asian Taiwan (SEASAT) Youth Camp 2025 mewakili Indonesia. Pengalaman berharga ini tidak hanya memperkuat keterampilan akademik saya, tetapi juga dapat memberikan motivasi untuk saya dan generasi muda Indonesia di luar sana agar terus berkontribusi di ajang Internasional,” harapnya. (Eva).