Bantul (9/6). LDII Kabupaten Bantul melalui Satuan Komunitas Pramuka Sekawan Persada Nusantara (Sako SPN) kembali memperkuat pembinaan spiritual remaja putri lewat kegiatan kemah penggalang yang digelar pada Minggu, 25 Mei 2025 di Pusdiklat Senkom Mitra Polri Bantul. Kegiatan yang diikuti oleh 90 peserta dari berbagai kecamatan di Bantul ini mengangkat tema pentingnya menjaga kesucian diri *(thaharah)* dan pemahaman tentang shalat istikharah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sesi pembekalan, anggota Dewan Muda Nasional Sako SPN, Iva Amruna Salsabila, menyampaikan materi bertajuk “Kesucian dan Keteguhan Pilihan”. Ia menekankan bahwa menjaga kebersihan dan kesucian diri merupakan pondasi utama ibadah bagi seorang muslimah, khususnya yang telah mengalami menstruasi. “Thaharah bukan sekadar bersih secara fisik, tetapi juga kesiapan spiritual. Ini sangat penting karena ibadah kita tidak akan sah tanpa kesucian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Iva menjelaskan empat hal yang perlu diperhatikan remaja putri pascamenstruasi, yaitu menjaga shalat wajib, memilih amalan sunah yang sesuai saat tidak dapat shalat, menjaga batas interaksi dengan laki-laki nonmahram, dan menutup aurat secara disiplin. “Remaja putri harus tahu tanggung jawabnya. Shalat yang tertinggal karena haid itu wajib diganti, dan saat tidak shalat, bisa tetap produktif dengan dzikir, sedekah, atau membaca Al-Qur’an,” tambahnya.
Iva juga membahas pentingnya shalat istikharah sebagai bentuk ikhtiar dalam menghadapi berbagai pilihan hidup. Ia menekankan bahwa remaja perlu memiliki kesadaran spiritual ketika dihadapkan pada keputusan sulit. “Shalat istikharah bukan hanya untuk urusan jodoh, tapi juga pendidikan, pergaulan, bahkan ketika harus memilih langkah dalam organisasi. Ini cara kita menyerahkan keputusan kepada Allah,” jelasnya di hadapan para peserta.
Ketua Sako SPN Cabang Bantul, Tavip Raharja, mengatakan bahwa kegiatan ini dirancang sesuai kebutuhan pembinaan karakter remaja putri. Sako SPN, menurutnya, menerapkan sistem satuan terpisah untuk penggalang putri dan putra agar materi yang diberikan lebih spesifik dan kontekstual. “Kami ingin mereka tumbuh dengan bekal spiritual yang kuat, bukan hanya semangat kepramukaan tapi juga pemahaman agama yang aplikatif,” ujar Tavip. Ia menyebut, materi seperti pra-menstruasi, etika pergaulan, hingga peran muslimah dalam masyarakat akan terus dikembangkan dalam program ke depan.
Salah satu peserta, Fazura, mengaku mendapatkan banyak hal baru dari sesi yang disampaikan. Menurutnya, penyampaian materi oleh Iva sangat relevan dan mudah dipahami. “Biasanya kita cuma tahu soal haid secara medis, tapi di sini kami belajar bagaimana menghadapinya secara agama. Juga jadi tahu cara shalat istikharah dan kapan waktunya dilakukan,” ujarnya. Fazura berharap kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan rutin agar para penggalang putri semakin siap menghadapi tantangan remaja muslimah.
Melalui kegiatan ini, LDII dan Sako SPN menegaskan komitmennya dalam membina karakter remaja yang tangguh secara spiritual dan berakhlak mulia. Dengan pendekatan edukatif dan praktis, mereka berharap bisa menumbuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peka terhadap nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. (Alek/Wicak)