Tabanan (5/6). Memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni lalu, DPD LDII Tabanan menggelar sosialisasi pencegahan radikalisme, terorisme, intoleransi, dan ekstremisme, Rabu (4/6). Acara yang digelar di Gedung Sekretariat DPD LDII Tabanan itu diisi oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri.
Ketua Tim Cegah Densus 88 Satgaswil Bali, Ipda Hadinata Kusuma mengungkapkan, ada empat faktor penyebab radikalisme dan terorisme, yakni faktor global, nasional, regional, dan isu kultural. ”Faktor isu kultural ini dibagi jadi tiga, yaitu pemahaman agama yang dangkal, penafsiran kitab suci yang sempit (tekstual), dan indoktrinasi agama yang salah,” jelas Hadinata.
Ia melanjutkan, radikalisme dan terorisme tidak merujuk pada satu agama saja. Beberapa pemeluk agama memiliki pemahaman ekstrim yang berpotensi memicu aksi terorisme. Selain ideologi agama, motif terorisme juga dipicu balas dendam dan solidaritas komunal. ”Ibarat pohon, intoleransi adalah akarnya, radikalisme adalah batangnya, dan aksi terorisme adalah buahnya,” ujarnya.
Hadinata mengapresiasi kekompakkan warga LDII sejak dini hingga usia dewasa. ”Di LDII ini luar biasa kompak. Etika pemudanya juga luar biasa. Lewat di depan yang lebih tua, yang lebih muda menundukkan badan, kemudian sandal ditata rapi. Kami salut dengan LDII. Kami berharap sinergi ini ditingkatkan dan terus berlanjut,” tukasnya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Tabanan, Maulana Sandijaya mengapresiasi materi tersebut. Menurutnya, materi dari Densus 88 bisa memperkuat rasa nasionalisme warga LDII. Sandi menegaskan, pemahaman dan pengamalan Pancasila wajib dilaksanakan secara konsisten untuk menjaga keutuhan NKRI.
”Tugas menjaga persatuan dan kesatuan negara bukan hanya tugas Densus 88 atau aparat negara saja, tapi tugas semua anak bangsa. Kami, warga LDII sebagai komponen bangsa siap berkolaborasi menjaga NKRI dari ancaman radikalisme dan terorisme,” ucapnya.
Di akhir acara, Hadinata menyerahkan piagam penghargaan pada Sandijaya. Setelah itu dirangkai dengan deklarasi antiradikalisme, intoleransi, dan terorisme yang diikuti semua warga LDII. (mau)