Tegal (24/6). LDII Kabupaten Tegal terus menunjukkan komitmennya dalam membangun kesiapsiagaan sosial di tengah masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan pelatihan perawatan jenazah yang digelar di Gedung Serbaguna Alhuda Mansyurin, Tegal, pada 29 Mei 2026. Kegiatan ini diikuti lebih dari 70 peserta yang merupakan warga LDII dari berbagai wilayah di Tegal.
Pelatihan yang dikemas dalam bentuk pengajian ini memberikan bekal pengetahuan sekaligus keterampilan praktis tentang tata cara perawatan jenazah sesuai tuntunan agama. Dua narasumber dihadirkan, yakni Ust.Abdul Muin dan Ust.Parwoko Hadi Suparno yang juga merupakan salah satu Dewan Penasehat LDII Kabupaten Tegal.
Dalam pemaparannya, Abdul Muin menekankan pentingnya kesiapan mental dan teknis saat menghadapi kabar duka. “Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan perlengkapan, lalu berkoordinasi dengan keluarga terkait waktu pemakaman, serta menyebarkan informasi kepada kerabat dan warga sekitar,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan tahapan perawatan jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, hingga menguburkan. Menurutnya, semua proses harus dilakukan sesuai tuntunan agama dengan tetap mengedepankan musyawarah keluarga. “Ini bukan hanya soal teknis, tapi bagian dari ibadah dan penghormatan terakhir untuk yang berpulang,” tambah Abdul Muin.
Sementara itu, Parwoko Hadi Suparno mengatakan, pelatihan ini menjadi bagian dari kontribusi LDII dalam membangun ketangguhan sosial di lingkungan masyarakat. “Warga LDII harus siap kapan pun dibutuhkan. Termasuk saat ada musibah kematian yang memerlukan penanganan cepat dan tepat sesuai syariat,” katanya.
Ia berharap keterampilan seperti ini bisa dimiliki oleh setiap warga LDII, terutama generasi muda, agar tidak gagap ketika harus menghadapi situasi genting di lingkungan sekitar. “Kematian itu pasti, waktunya yang tidak pasti. Maka persiapan seperti ini penting sebagai bentuk kepedulian sosial,” imbuhnya.
Ketua panitia kegiatan, Rohmat, menyatakan apresiasi atas antusiasme peserta yang hadir. Menurutnya, pengajian dengan tema praktis seperti ini perlu terus digelar, bukan hanya sebagai rutinitas keagamaan, tetapi juga bagian dari penguatan kapasitas sosial warga LDII.
“Semoga kegiatan ini menjadi bekal bermanfaat, dan LDII semakin dikenal sebagai ormas yang tidak hanya bicara ibadah ritual, tetapi juga kontribusi sosial yang nyata,” pungkasnya.