Yogyakarta (24/7). DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar acara “Satu Frekuensi: Sarana Ta’aruf untuk Frekuensi Serasi” di Youth Centre Yogyakarta pada Minggu, (20/7/2025). Sebanyak 285 generasi muda dari lima kabupaten/kota se-DIY mengikuti kegiatan tersebut, sebagai ajang ta’aruf dan penguatan silaturahmi bagi generus usia menikah.
Dalam kesempatan tersebut Dewan Penasihat DPW LDII DIY, Isrudjito, yang menyampaikan nasihat keagamaan seputar pernikahan dalam perspektif Islam. “Pernikahan adalah ibadah. Ia bukan hanya hubungan lahiriah antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga ikatan batiniah yang sakral dan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah,” sampainya.
Ia mengingatkan, bahwa pernikahan bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang. Maka, lanjutnya, bekal utamanya adalah ilmu, kesabaran, dan niat yang lurus, “Jangan jadikan pernikahan sebagai pelarian dari tekanan hidup, tetapi sebagai jalan untuk menyempurnakan agama dan membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPW LDII DIY, Qomarudin, menjelaskan pentingnya indikator kesiapan menikah dalam proses pembinaan generus. Ia mengatakan bahwa seluruh peserta telah melalui proses seleksi dasar agar sesuai dengan kriteria kesiapan menikah. “Dengan pemahaman yang cukup, mereka bisa melangkah lebih mantap menuju jenjang pernikahan,” ujar Qomar.
Menanggapi fenomena penundaan menikah di kalangan muda, Qomar menilai hal ini perlu disikapi dengan penguatan pemahaman agama. “Menunda menikah sama dengan menunda masa depan. Maka, keilmuan yang sesuai syariat perlu ditanamkan agar mereka siap lahir batin,” tambahnya.
Wakil Ketua Panitia, Iqbal Gustyno, menyebut kegiatan ini sebagai upaya mempertemukan generus dalam suasana yang santai, namun tetap berpijak pada nilai-nilai syariat. “Kebarokahan dalam hubungan lebih mudah diraih jika prosesnya melalui ta’aruf, bukan pacaran,” kata Iqbal.
Iqbal berharap acara ini bisa menjadi awal terbentuknya keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah bagi para generus. “Kami berharap kegiatan ini mempertemukan mereka dengan jodoh yang barokah,” tuturnya.
Selama acara, peserta mengikuti berbagai kegiatan interaktif seperti permainan lintas pos, diskusi kelompok terfokus (FGD), hingga sesi makan siang dan salat berjamaah, “Pendekatan informal ini dirancang untuk mencairkan suasana dan membuka ruang komunikasi yang alami antar peserta,” ungkapnya.