Semarang (30/7). Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono, menekankan pentingnya menjaga kerukunan yang bersifat dinamis dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Jawa Tengah. Hal tersebut, ia sampaikan dalam acara “Silaturahim Kebangsaan Jilid V” yang digelar di Hotel Santika Premiere, Semarang, pada Sabtu (26/7/2025).
Dalam kegiatan yang dirangkai dengan media gathering dan diskusi kebangsaan tersebut, hadir sejumlah tokoh seperti Wakapolda Jateng Latif Usman, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Saiful Mujab, Ketua PITI dan pengurus MUI Jateng M Iskandar Chang I Po, Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso, serta perwakilan Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Singgih menegaskan bahwa kerukunan sosial bersifat fluktuatif dan dapat berubah sewaktu-waktu. “Hari ini kita rukun, belum tentu besok juga rukun. Karena itu, LDII Jawa Tengah menyelenggarakan silaturahim kebangsaan ini sebagai upaya menjaga kerukunan secara terus-menerus,” ujarnya.
Ia menjelaskan tema “Memperkuat Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama untuk Mewujudkan Masyarakat Harmoni di Jawa Tengah”, bukan sekadar simbolis. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan lintas iman dan institusi untuk menjembatani pemikiran serta menguatkan kolaborasi sosial.
Sebagai wilayah dengan keragaman sosial yang tinggi, Jawa Tengah, menurut Singgih, menghadapi tantangan dan sekaligus menyimpan potensi besar dalam merawat harmoni. Karena itu, silaturahim diposisikan sebagai pranata sosial-religius yang memainkan peran penting.
“Silaturahim Kebangsaan menjadi medium membangun kepercayaan, memperkuat dialog, serta merawat kebersamaan antarkomponen bangsa dalam bingkai NKRI dan semangat Bhinneka Tunggal Ika,” kata Singgih di hadapan peserta diskusi.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk konkret kontribusi LDII dalam membangun kultur sosial yang damai dan inklusif. “Silaturahim ini bukan hanya ajang seremonial, tetapi bentuk nyata dari upaya membumikan nilai-nilai Pancasila dalam ruang kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Menurut Singgih, “Silaturahim Kebangsaan Jilid V” juga berfungsi sebagai ruang epistemik kolektif, tempat bertemunya berbagai gagasan untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia, dan membina kerukunan lintas identitas demi ketahanan bangsa.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Saiful Mujab, menekankan perlunya revitalisasi institusi keagamaan sebagai penjaga nilai-nilai moral di tengah arus globalisasi. Ia menyoroti pentingnya peran lembaga keagamaan di tengah arus globalisasi yang semakin kencang mempengaruhi sistem nilai masyarakat.
“Institusi keagamaan harus tetap menjadi penjaga moralitas publik. Di tengah derasnya arus globalisasi nilai, lembaga keagamaan harus mampu mengartikulasikan etika publik berbasis spiritualitas yang inklusif,” ujar Saiful di hadapan tokoh agama, ormas, dan aparat negara yang hadir.
Menurutnya, tantangan era kini tidak hanya bersifat material, tapi juga menyentuh dimensi moral dan spiritual masyarakat, “Karena itu, lembaga keagamaan tidak cukup berperan sebagai agen spiritual saja, tetapi juga sebagai aktor sosial yang mampu merumuskan arah moral publik dengan pendekatan yang moderat dan transformatif,” pungkasnya.