Jakarta (24/8). DPP LDII menggelar Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) di Grand Ballroom Minhajurosyidin, Jakarta, Sabtu (23/8). Acara ini menghadirkan Gubernur Lemhannas RI, TB. Ace Hasan Syadzily, yang memaparkan tema “Media Siber dan Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Geopolitik Global.”
Dalam paparannya, Ace menekankan pentingnya generasi muda memahami dinamika geopolitik yang kini bergerak dari tatanan unipolar ke multipolar. Persaingan global ditandai rivalitas Amerika Serikat-Uni Eropa dengan China dan Rusia, yang berdampak pada konflik Rusia–Ukraina, Palestina–Israel, serta ketegangan di Indo-Pasifik dan Timur Tengah.
Di bidang geoekonomi, Ace menyoroti proteksionisme Amerika Serikat yang memicu inflasi global, sementara China lewat Belt and Road Initiative (BRI) menghubungkan ratusan pelabuhan dunia dengan investasi triliunan dolar. Kondisi ini membuat banyak negara, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan baru dalam perdagangan, rantai pasok, serta ketahanan energi dan pangan.
“Rivalitas global tidak hanya soal militer, tetapi juga menyangkut ekonomi, teknologi, dan opini publik. Media sosial dengan algoritmanya kini menjadi arena baru perebutan pengaruh,” ujar Ace.
Menurutnya, Indonesia memiliki posisi strategis dengan kekayaan alam, keragaman budaya, serta bonus demografi. Namun, potensi besar itu hanya bermanfaat bila dikelola secara mandiri. “Kemandirian pangan, energi, dan industri nasional adalah syarat mutlak untuk menjaga ketahanan,” tegasnya.
Ace menjelaskan, ketahanan nasional tidak semata urusan militer, melainkan mencakup delapan aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, demografi, geografi, sumber daya alam, dan pertahanan. Ia mengingatkan perlunya memperkuat Pancasila, menjaga politik yang bersih, mengembangkan ekonomi mandiri, serta meningkatkan literasi digital untuk melawan disinformasi.
Ia juga menyinggung konflik regional yang memengaruhi stabilitas global: perang Rusia–Ukraina yang mengganggu pasokan pangan dan energi, krisis Palestina–Israel yang berlarut, hingga ketegangan Iran–Israel yang mengerek harga minyak dunia. Semua itu menunjukkan bahwa dunia tengah menuju tatanan baru yang bercorak policentric world order.
Ace menekankan, generasi muda Indonesia harus memiliki geo-consciousness atau kesadaran geopolitik untuk menjaga kedaulatan bangsa. “Membangun ketahanan nasional adalah proyek bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat,” katanya.
Dalam konteks ini, ia mengapresiasi peran ormas Islam seperti LDII yang konsisten mendorong literasi digital, menangkal hoaks, menguatkan nilai kebangsaan, serta menyebarkan optimisme.
“Ketahanan nasional adalah tanggung jawab kolektif. Keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Jika mampu memanfaatkan bonus demografi dan kekayaan alam, Indonesia akan tampil sebagai negara besar yang berdaulat dan maju,” pungkas Ace.