Kediri (14/10). Guru Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, Ustaz Mushonif Nasrun Zamzami mengajak umat Islam memperdalam makna iman terhadap qadar. Salah satunya, dengan meneladani kisah para nabi dan pemahaman mendalam tentang takdir Allah.
Dalam pemaparannya, Mushonif menegaskan setiap manusia yang hidup di dunia tidak akan terlepas dari takdir Allah, baik takdir yang menyenangkan maupun yang berat untuk diterima, “Pemahaman terhadap Qadar menjadi kunci keteguhan hati ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai dengan keinginannya,” paparnya.
Ia mengawali materi dengan menjelaskan dasar konsep Qadar. “Seseorang yang memahami Qadar akan siap menerima segala sesuatu yang terjadi di masa depan, sebab ia menyadari semua sudah menjadi ketetapan Allah,” ujarnya.
Keinginan manusia, lanjutnya, bersifat terbatas, sedangkan takdir Allah mencakup segala sesuatu—baik yang disukai maupun yang tidak diharapkan. Sebagai penguat pemahaman, Mushonif mengisahkan dialog antara Nabi Musa dan Nabi Adam.
“Dalam kisah itu, Nabi Musa menegur Nabi Adam atas pelanggaran yang menyebabkan keturunannya turun dari surga. Nabi Adam kemudian bertanya apakah peristiwa tersebut sudah tertulis dalam kitab Allah sebelum ia diciptakan. Nabi Musa membenarkan. Adam pun balik bertanya mengapa Musa mencela sesuatu yang telah menjadi qadar. Kisah ini menjadi ilustrasi bahwa takdir Allah telah ditetapkan jauh sebelum manusia lahir ke dunia,” lanjutnya.
Mushonif juga menekankan pentingnya keseimbangan antara usaha dan kepasrahan. Kapasitas manusia, ujarnya, hanyalah berusaha sekuat tenaga sesuai kemampuannya. Namun, ketika hasilnya tidak sesuai harapan, semua harus dikembalikan kepada Allah.
“Sesuatu yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan, dan sesuatu yang kita cintai belum tentu kita miliki. Itu bentuk keterbatasan manusia dan kebesaran takdir Allah,” tuturnya.
Ia kemudian mengutip doa dan ungkapan “qul hadzihi qadarullah wa maa syaa fa’ala” yang berarti “ini adalah takdir Allah dan Dia berbuat sesuai kehendak-Nya”. Menurutnya, kalimat ini menjadi pegangan penting dalam menghadapi situasi hidup yang tidak selalu berjalan sesuai rencana. Iman terhadap qadar membuat hati lebih lapang, mengurangi kesedihan, dan mengajarkan keteguhan dalam menerima ketentuan Allah.
Mushonif juga mengingatkan para santri bahwa qadar tidak berarti menyerah pada keadaan. Sebaliknya, manusia diperintahkan untuk berusaha dengan maksimal, tetapi tidak menggantungkan hasil pada dirinya sendiri, “Tugas kita berusaha, hasilnya urusan Allah,” katanya.
Suasana kajian semakin khusyuk ketika Mushonif mengajak santri merenungkan makna pasrah dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa santri tampak mencatat, sementara yang lain terdiam menyimak penjelasan panjang lebar, tentang bagaimana keimanan pada qadar dapat membentuk ketenangan batin.
Menjelang akhir kajian, ia mengingatkan Qadar sebagai landasan dalam melangkah. “Jika kalian memahami qadar, maka kalian akan lebih kuat menghadapi ujian hidup. Kalian akan lebih tenang, tidak mudah kecewa, dan mampu bersyukur dalam setiap keadaan,” pesannya.
Sumber:
*tayang pada Jumat (14/3/2025).