Jakarta (25/10). Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII menggelar Festival Keluarga pada Sabtu, (25/10) di Grand Ballroom Minhaajurrosyidin, Jakarta. Acara itu menjadi upaya edukasi keluarga Indonesia mengatasi stunting dan hidup lebih sehat.
Kegiatan yang diramaikan dengan orangtua dan anak-anak itu, merupakan ajakan kepada masyarakat Indonesia untuk terbiasa makan buah sebagai pengganti cemilan ringan.
Ketua DPP LDII, Sudarsono dalam sambutannya mengajak anak-anak mulai membiasakan diri mengonsumsi buah-buahan ketimbang permen. “Mulai sekarang anak-anak yang suka makan permen supaya diganti dengan makan buah. Buah juga manis, tapi lebih sehat dan mengandung banyak vitamin,” ujar Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
“Kalau adik-adik suka bermain, butuh energi. Nah, buah juga bisa jadi sumber energi dan membuat tubuh lebih segar. Misalnya mangga, mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata,” tambahnya.
Di booth itu, salah satu kegiatan menarik yang menyedot perhatian peserta adalah kegiatan menghias buah dengan narasumber Amelia sebagai fruit carvingers. Ia mempraktikkan langsung cara menghias buah agar tampil menarik dan menggugah selera makan.
“Menghias buah bisa dilakukan siapa saja, asal ada kemauan dan terus berlatih,” jelasnya, “hiasan buah tidak hanya mempercantik hidangan arisan atau acara keluarga, tapi juga bisa meningkatkan selera makan anak-anak,” lanjutnya.
Amelia juga berbagi tips memilih buah yang cocok untuk dihias, seperti melon dan semangka yang masih agak keras agar tidak mudah hancur. Menurutnya, seni menghias buah atau garnish—yang berasal dari bahasa Prancis berarti “hiasan”—dapat menjadi cara menyenangkan untuk memperkenalkan anak pada makanan sehat.

Selain edukasi gerakan makan buah dengan cara menghias buah-buahan, booth itu juga menyertakan Pojok Baca Keluarga yang diisi oleh Fitri dan Reni dari komunitas Read Aloud, yang fokus di bidang literasi anak. Ia menjelaskan pentingnya read aloud atau membaca nyaring bagi tumbuh kembang anak.
“Membacakan buku sejak dini bisa merangsang perkembangan batang otak, melatih anak berbicara, dan membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak,” tutur Fitri.
Ia menambahkan, anak-anak yang terbiasa mendengarkan orang tua membacakan cerita akan lebih cepat berbicara dan mudah memahami pelajaran di sekolah.
Sementara itu, Reni menekankan pentingnya interaksi antara orangtua dan anak saat membacakan buku. “Yang paling penting saat membaca read aloud adalah membaca judul dengan ekspresi, menunjuk kata demi kata, dan melibatkan anak dalam percakapan,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan sederhana tersebut bisa membantu anak memperkaya kosakata sekaligus melatih emosi dan konsentrasi.
Kegiatan itu menjadi komitmen LDII dalam membangun generasi yang sehat, cerdas, dan berakhlak, melalui sinergi antara pendidikan gizi, seni, dan literasi keluarga.














