Semarang (16/11). Pemerintah Kota Semarang bersama Universitas Diponegoro dan Arsip Nasional Republik Indonesia menggelar seminar internasional “The Legacy of K.H. Sholeh Darat for Indonesian Independence as the Basis for Proposal of the National Hero Title” di Patra Semarang Hotel & Convention, Selasa (11/11/2025).
Seminar menghadirkan tamu nasional dan internasional, mulai dari Kepala Arsip Nasional RI Mego Pinandito, Ketua BAZNAS RI Noor Achmad, hingga akademisi dari Leiden University, Universiti Malaya, dan National University of Singapore. Para pembicara sepakat kontribusi KH Sholeh Darat tidak berhenti pada ranah keagamaan, tetapi juga memengaruhi tumbuhnya kesadaran kebangsaan.
Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, menyampaikan pesan tertulis Wali Kota Agustina Wilujeng. Ia menilai perjuangan KH Sholeh Darat dilakukan melalui ilmu dan pengajaran kepada masyarakat, bukan peperangan fisik. “Beliau membentuk warna Islam Nusantara yang damai dan inklusif. Banyak tokoh pergerakan besar pernah belajar darinya,” kata Iswar. Ia menambahkan Pemkot bersama masyarakat terus mengumpulkan arsip pendukung agar pengusulan gelar Pahlawan Nasional semakin kuat.
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Mego Pinandito, menegaskan dukungan terhadap langkah Pemkot Semarang. Ia menyebut perjuangan KH Sholeh Darat sebagai bentuk jihad intelektual yang menggerakkan kesadaran bangsa. “Setiap naskah, kitab, atau arsip beliau bukan hanya bukti sejarah, tapi fondasi kebangkitan pemikiran. Kami membuka pintu bagi masyarakat yang ingin menyerahkan naskah asli untuk direstorasi,” katanya. Menurutnya, digitalisasi menjadi langkah penting untuk memastikan akses generasi muda terhadap karya-karya ulama tersebut.
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono yang juga Ketua DPW LDII Jawa Tengah itu, memaparkan konteks abad ke-19 ketika kolonialisme tidak hanya menindas secara politik, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan. Menurutnya, KH Sholeh Darat melawan dominasi tersebut melalui pencerahan intelektual dan spiritual yang dapat diakses rakyat lewat bahasa Jawa Pegon.
Singgih menilai kajian lintas negara seperti ini membantu memperlihatkan jejak intelektual ulama Jawa yang selama ini kurang diangkat. “Warisan pemikiran KH Sholeh Darat memberi inspirasi bagi dakwah yang menyejukkan masyarakat kota besar,” ujarnya.
Ia menilai ajaran ulama itu menghadirkan Islam yang membumi, berpihak pada masyarakat, serta menolak gaya hidup kolonial. “Beliau membangun manusia merdeka yang berpikir kritis dan berjiwa adil,” katanya.
Seminar ditutup dengan diskusi akademik lintas negara mengenai transliterasi naskah, tafsir Pegon, hingga jaringan ulama Jawa–Haramain. Para peserta menyepakati digitalisasi karya KH Sholeh Darat sebagai langkah mendesak agar warisan intelektualnya tetap hidup.














