Jakarta (15/9). Siapa bilang lulusan pesantren hanya terbatas kiprahnya di dunia dakwah dan pendidikan agama? Nyatanya, banyak lulusan pondok yang berhasil menorehkan prestasi di berbagai bidang, termasuk di kancah jurnalistik internasional. Salah satunya adalah Larasati Dyah Utami, alumni Pondok Pesantren Gadingmangu, Jombang, Jawa Timur, yang kini berkarier sebagai jurnalis di Koran Rakyat Merdeka.
Perempuan yang akrab disapa Laras itu menghabiskan enam tahun mondok sekaligus sekolah di SMP dan SMA Budi Utomo yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Gadingmangu. Ia mendapat tempaan pendidikan karakter luhur yang menjadi bekal kuat dalam kehidupannya.
Selama mondok, Laras bercerita, dia diajarkan untuk selalu berperilaku baik di manapun berada. Seperti yang diungkapkan falsafah Jawa, papan empan, adepan, yang mengajarkan prinsip keluwesan, kesadaran sosial, empati dan keseimbangan dalam bersikap, bertutur kata serta bertindak.
“Jadi mulai dari bangun tidur dan tidur lagi sudah ada jadwal kapan anak pondok harus sekolah, kapan harus solat, mengaji, kapan kami harus beramal sholih, membersihkan kamar, lingkungan pondok dan sebagainya. Kami diajarkan untuk menghargai waktu dan menghargai sekitar kami, baik itu teman, guru, pengurus pondok, maupun warga sekitar,” kata perempuan kelahiran Jakarta itu.
Lulus dari sekolah menengah, Laras melanjutkan studi pendidikan tinggi di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Banten. Ia mendapat gelar sarjana S1 dalam bidang ekonomi. Namun, ia memilih berkarier di bidang jurnalistik. Ketertarikan dengan dunia jurnalistik ia dapatkan setelah mengikuti pelatihan jurnalistik bersama LDII News Network (Lines) di tahun 2018.
Laras membuktikan sekolah dengan mondok tidak menjadi penghalang untuk meraih cita-cita. Justru mondok menjadi awal dari suatu keberkahan ilmu yang ternyata bermanfaat untuk karirnya sekarang. Pada tahun 2019, Laras mengawali karier di Tribunnews. Ia berkarier selama empat tahun di media nasional yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia itu. Pada tahun 2023, ia bergabung dengan Rakyat Merdeka. Kiprahnya semakin berkembang sehingga dipercaya meliput berita-berita internasional.
Pada Juni 2025, Laras dipercaya mewakili Indonesia sebagai jurnalis dari negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam program kunjungan ke Jepang yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jepang.
Pada tahun 2023, ia juga mengikuti program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea. Program yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) tersebut mengajak 13 jurnalis Indonesia untuk mempelajari budaya di Republik Korea selama enam hari. Mengunjungi kota Seoul dan Busan semakin memperdalam pemahaman tentang hubungan bilateral antara Negeri Ginseng dan Nusantara.
“Bagi saya, kesempatan itu sangat berharga. Saya bisa belajar langsung tentang kebudayaan Jepang dan Korea, sekaligus menyadari bahwa nilai karakter yang saya pelajari di pesantren ternyata relevan dan sangat dibutuhkan dalam dunia global,” jelasnya.
Meliput berita internasional secara intensif membuat Laras meraih pengakuan nasional melalui Adam Malik Award (AMA) 2022. Penghargaan itu merupakan penghargaan tahunan dari Kementerian Luar Negeri RI sebagai bentuk apresiasi terhadap para jurnalis, yang berpartisipasi aktif dalam memberitakan politik luar negeri Indonesia secara akurat dan berimbang.

Laras berhasil meraih gelar Jurnalis Media Online Terbaik. Bagi Laras penghargaan tersebut merupakan bentuk aktualisasi sebagai penyampai informasi bagi masyarakat. “Rasanya seperti pengingat sekaligus penyemangat untuk terus menjaga integritas dalam setiap karya jurnalistik. Karena isu internasional adalah isu yang cukup rumit, sehingga harus disampaikan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami,” tutur Laras.
Selama mengenyam pendidikan di pesantren, Laras mengaku mendapatkan bekal yang penting untuk menghadapi lingkungan kerja. Sebab, ia diajarkan prinsip kalau dalam bekerja harus bener, kurup dan janji. Ia menjelaskan, ‘bener’ yaitu jujur dalam pekerjaannya, ‘kurup’ dengan apa yang dikerjakan dan diterima sesuai, serta ‘janji’ atau menepati janji sesuai dengan kesepakatan.
“Di Pondok Gadingmangu, kami benar-benar ditekankan untuk menjaga 29 karakter luhur, mulai dari jujur, amanah, mandiri, hingga kepemimpinan. Nilai-nilai itu ternyata sangat terpakai di dunia kerja,” tutur Laras.
Pencapaian Laras merupakan bukti nyata kontribusi jurnalis muda dalam menghadirkan karya jurnalistik yang kredibel dan bermanfaat. Sebagai jurnalis, Laras menegaskan pentingnya menjaga integritas, terutama di era digital yang rawan hoaks. “Tugas jurnalis bukan hanya menulis berita, tapi juga menghadirkan kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan dengan mencari narasumber yang kredibel dan terpercaya,” ujarnya.
Dalam menjalani kehidupan, Laras menekankan pentingnya menjaga nama baik, sebagaimana pesan dari orangtuanya. Menjaga nama baik, menurutnya, bukan hanya menjaga nama baik diri sendiri, tapi juga menjaga nama baik agama, bangsa, instansi maupun almamater. Pesan itu pula yang ia titipkan kepada generasi muda, khususnya para santri lulusan pesantren.
“Berprestasi, bagi saya, itu memiliki makna yang luas. Menurut saya, cukup dengan tidak melakukan perbuatan yang dapat mengecewakan diri sendiri, tidak mengecewakan orangtua dan tidak mengecewakan orang lain sudah menjadi bentuk prestasi. Tapi kalau kita memiliki prestasi yang diakui dan bisa membuat bangga diri sendiri maupun banyak orang itu kemuliaan tersendiri,” ujarnya.
Laras membuktikan bahwa lulusan pesantren mampu bersaing di berbagai lini kehidupan, bahkan hingga level internasional. Dengan karakter luhur yang dijunjung tinggi, seorang santri pun bisa berprestasi gemilang dan membawa nama baik almamater di kancah dunia.
“Di manapun kita berada hendaknya kita mawas diri dan berusaha untuk tidak lupa tujuan dari Tuhan menciptakan kita sebagai manusia di bumi, yaitu untuk ibadah. Jangan meremehkan perkara kecil, karena dari perkara kecil mungkin saja akan berdampak pada sesuatu yang besar di masa yang akan datang,” pungkasnya.