Jakarta (26/06) — Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1447 Hijriah, bukan sekadar pergantian kalender. Bagi umat Islam, ini adalah momen sejarah yang penuh makna: hari ketika Rasulullah SAW melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Dari peristiwa besar inilah sistem penanggalan Hijriah dimulai — kalender yang menjadi penentu bagi hari-hari penting dalam Islam, seperti Ramadan dan Idul Adha.
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengingatkan bahwa makna hijrah tak hanya soal berpindah tempat, tetapi juga perubahan arah hidup: dari keburukan menuju kebaikan, dari kekacauan menuju keteraturan. “Hijrah adalah tonggak peradaban Islam. Rasulullah membangun masyarakat Madinah yang inklusif, adil, dan beradab. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita hari ini,” ujarnya.
Menurut KH Chriswanto, semangat hijrah seharusnya menjadi inspirasi dalam membangun bangsa Indonesia. Apalagi di tengah tantangan moralitas yang terus menggerus sendi kehidupan masyarakat, mulai dari maraknya korupsi, ketidakadilan, hingga melemahnya semangat kebersamaan.
“Negeri ini punya potensi luar biasa. Sumber daya alamnya melimpah, rakyatnya ramah dan pekerja keras. Sayangnya, kita masih menghadapi persoalan klasik: praktik KKN, gaya hidup individualis, dan minimnya kesadaran kolektif,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk menjadikan 1 Muharam sebagai momen refleksi. Bukan hanya merenung, tetapi bertindak nyata: memperkuat etika, membenahi akhlak, dan membangun sistem yang adil dan makmur.
“Kita perlu kembali ke semangat awal berdirinya bangsa ini. Menjalankan Pancasila dan UUD 1945 bukan sekadar slogan, tapi sebagai panduan moral dan politik untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar,” imbuhnya.
Lebih jauh, KH Chriswanto menekankan pentingnya kepemimpinan yang bersih dan berkarakter. Menurutnya, pemimpin harus mampu membawa perubahan, bukan sekadar berkuasa. “Kalau bangsa ini terus dirusak oleh keserakahan dan ketidakadilan, kita hanya akan jadi penonton dalam persaingan global,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengikuti jejak Rasulullah: meninggalkan kebodohan, memperkuat solidaritas, dan membangun masyarakat yang berkeadaban. “Tahun baru Islam ini mari kita jadikan momentum hijrah nasional. Dari gelap menuju terang. Dari stagnasi menuju kemajuan,” tutupnya.