PALING UPDATE
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Home Nasehat

Kita Bukanlah Kaka Tua

in Nasehat
384
0
Kita Bukanlah Kaka Tua

Ilustrasi: Pinterest.

550
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Seorang sahabat, dalam suatu acara jalan santai di bilangan Thamrin – Sudirman, berbagi sebuah cerita. Tiba-tiba saja saya menjadi tertarik dengan cerita itu. Terkait burung kaka tua. Bukan subyeknya tetapi konteksnya. Karena berpadanan dengan cerita yang baru saya baca. Terkait kucing. Dari dua cerita ini, sungguh sangat menginspirasi. Kucing dan kaka tua. Walau itu hanya sekedar cerita, tetapi saya pun berminat menjadikannya sebagai pembelajaran yang berguna. Setidaknya untuk instrospeksi diri, kalaulah bukan sebagai hikmah.

Cerita pertama, terkait seekor kucing. Setiap kali sang guru spiritual sedang memimpin meditasi bersama murid-muridnya, seekor kucing di kuil selalu mengganggu dengan berkeliling dan mengeong. Akhirnya, sang guru memutuskan untuk mengikat si kucing ke tiang selama sesi meditasi berlangsung. Maka, semua bisa bermeditasi dengan tenang.

Bertahun-tahun kemudian, sang guru wafat, namun para murid tetap melanjutkan tradisi mengikat kucing ke tiang setiap kali bermeditasi. Ketika akhirnya kucing itu mati, para murid mencari kucing baru untuk diikat ke tiang, karena mereka menganggap itu bagian penting dari praktik meditasi. Lama-lama, para murid menulis buku tentang pentingnya kehadiran kucing saat meditasi. Mereka membuat doktrin tentang simbolisme spiritual dari kucing yang diikat, dan bagaimana hal itu membantu pencapaian kesadaran yang lebih tinggi.

Cerita kedua, kucing dan kaka tua. Seorang Kiai yang mengajarkan aqidah kepada murid-muridnya, menjelaskan kepada mereka bahwa sari pati ilmu yaitu kalimat; “Laa ilaaha illallaah” beserta maknanya. Selain itu Pak Kiai ini juga mendidik mereka dengan keteladanan Rasulullah SAW. Dan tak lupa dalam pengajarannya, beliau berusaha menanamkannya ke dalam jiwa murid-muridnya.

Di samping kegiatan mengajarnya, ternyata Pak Kiai mempunyai hobi lain yaitu memelihara burung dan kucing. Kondisi itu membuat salah seorang muridnya berinisiatif menghadiahkan padanya seekor burung kaka tua. Dasar hobi, makin hari Pak Kiai semakin senang dengan burung itu dan sering membawanya pada saat mengajar murid-muridnya. Dengan naluri alamiah dan kemampuannya, karena sering mendengar kaka tua itu belajar mengucapkan kalimat tauhid: “Laa ilaaha illallaah”. Burung kaka tua itupun akhirnya bisa mengucapkan Laa ilaaha illallaah siang-malam dengan fasihnya.

Suatu hari, ada pemandangan yang tidak biasa. Murid-murid mendapati Pak Kiai tengah menangis tersedu. Ketika ditanya, kenapa beliau menangis, dengan terbata-bata dan kalimat yang singkat dia berkata; ”Kucing telah menerkam kakatua dan membunuhnya.”

Jawaban singkat itu, membuat para murid saling berpandangan dengan mimik keheranan dan penuh tanda tanya. Salah seorang dari mereka berdiri mewakili dan berkomentar; “Hanya karena inikah engkau menangis? Kalau anda menginginkan kami bisa datangkan burung lain. Bahkan burung yang jauh lebih baik.”

Pak Kiai berkata: “Bukan karena itu aku menangis, tetapi (sambil menghela nafas panjang), yang membuat aku menangis adalah, ketika diserang kucing, burung itu hanya berteriak-teriak saja sampai matinya. Padahal dia sering sekali mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallaah ” .Tetapi mengapa ketika diterkam kucing ia lupa kalimat itu. Tidak mengucapkan apapun, kecuali hanya teriakan makian dan rintihan. Saya jadi tahu, bahwa selama ini, ia hanya mengucapkan “laa ilaaha illallah” dengan lisannya saja. Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayatinya.”

Pak Kiai melanjutkan petuahnya; “Aku khawatir kalau nanti kita seperti kaka tua itu. Saat kita hidup mengulang-ulang kalimat “laa ilaaha illallaah” dengan lisan kita, tapi ketika maut datang kita pun lupa. Tidak bisa mengingatnya, karena hati dan jiwa kita belum memahami dan menghayatinya. Lahir dan batin.”

Mendengarkan penjelasan Pak Kiai itu, para murid pun akhirnya terdiam, tersadar dan menangis pula, khawatir tidak jujur terhadap kalimat tauhid ini. Dan kita sendiri, apakah kita telah menanamkan kalimat “laa ilaaha illallaah” ini ke dalam hati sanubari kita dengan sebenar-benarnya?

Sebelum terlanjur jauh, mungkin ada yang menafikan moral cerita di atas denggan firman Allah di dalam Kitabnya. Allah berfirman;

يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤ

“Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tetap itu, di dalam kehidupan dunia maupun akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim:27)

Tepat sekali. Tidak mengapa, memang benar, bahwa ada jaminan dari Allah jika keimanan kita benar, maka segala permasalahan akhir kehidupan kita akan mulus dan tidak akan sampai seperti burung kaka tua tersebut. Dengan beriman yang benar dan keimanan yang benar hidup kita dijamin oleh Allah akan baik di dunia maupun akhirat. Permasalahannya adalah hanya kita sendiri dan Allah yang tahu seperti apa kadar keimanan kita. Orang lain hanya tahu lahiriahnya saja. Bahkan malaikat pun tertipu. Beberapa tahun yang lalu saya mendapati, orang yang tampaknya saleh, tinggalnya gandeng dengan masjid, setiap ngaji tak pernah ketinggalan, ternyata di akhir hayatnya setelah dicoba sakit yang sedemikian rupa, tak disangka ditemukan mati pada seutas tali. Na’udzubillahi min dzalik.

Mungkin juga ada yang langsung mengambil dengan baik moral cerita di atas dengan perbaikan diri, tidak hanya dalam kalimat thayyibah Laa ilaaha illallaah saja, tetapi menyeluruh dalam setiap ladang beramal. Itu sangat berguna. Selalu dengan niat mukhlish lillah karena Allah dan totalitasnya; lahir batin. Lain tidak. Hal ini didasari bahwa Iblis dan bala tentaranya selalu mengintai setiap kesempatan untuk mengajak dan menjerumuskan setiap anak Adam ke dalam neraka. Bahkan ketika ajal datang menjemput. Allah berfirman;

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (QS Al-Hijr: 39-40)

Apapun pilihan kita, semua ada konsekuensinya. Oleh karena itu perlu direnungkan bahwa tidak ada sesuatupun yang naik ke langit yang lebih agung dibanding keikhlasan. Dan tidak ada sesuatupun yang turun ke bumi yang lebih agung dari taufiq dan hidayah Allah. Dan sesuai kadar keikhlasan itulah, taufiq Allah kita dapatkan. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):” Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. [QS. Fushshilat: 30 – 31]

Selamat merenung.

Related Posts

Qiyamullail
Nasehat

Qiyamullail

by admin
July 28, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan (Ketenangan yang Turun Saat Dunia Tertidur)...

Read more
Cara Wujudkan 3 Kata Kunci Keluarga Harmonis
Nasehat

Cara Wujudkan 3 Kata Kunci Keluarga Harmonis

by admin
July 24, 2025
0

Tiga kata yakni sakinah, mawaddah, dan wa rahmah merupakan impian semua orang ketika memulai kehidupan berumah tangga. Ust. Yoyok Dwi Sasongko dalam...

Read more
Menggenggam yang Abadi
Nasehat

Menggenggam yang Abadi

by admin
July 21, 2025
0

(Menemukan Arah di Tengah Ketidakpastian) Di tengah derasnya arus zaman yang serba cepat, segalanya tampak berubah dalam sekejap. Apa yang kemarin belum...

Read more
Lelah – Jadi Penerima Pesan
Nasehat

Lelah – Jadi Penerima Pesan

by admin
July 14, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan (Belajar Diam yang Cerdas) Ada sebentuk...

Read more
Tersapu Banjir Informasi
Nasehat

Tersapu Banjir Informasi

by admin
July 7, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan (Mencari Titik Diam di Tengah Gelombang)...

Read more
Habib Ubaidillah: Hidayah adalah Nikmat Tertinggi, Harus Dijaga hingga Akhir Hayat
Nasehat

Habib Ubaidillah: Hidayah adalah Nikmat Tertinggi, Harus Dijaga hingga Akhir Hayat

by admin
July 4, 2025
0

Nganjuk (3/7). Di antara banyak karunia Allah yang diberikan kepada manusia, tak ada yang melebihi mahalnya nikmat hidayah. Hal tersebut disampaikan Pengasuh...

Read more

Trending

Gelar Kerja Bakti Nasional, DPP LDII Ajak Warga Peduli Lingkungan dan Tingkatkan Nasionalisme
Headlines

Gelar Kerja Bakti Nasional, DPP LDII Ajak Warga Peduli Lingkungan dan Tingkatkan Nasionalisme

7 hours ago
Memaknai Arti Kemerdekaan dengan Gotong-Royong
Artikel

Memaknai Arti Kemerdekaan dengan Gotong-Royong

8 hours ago
Kejati Bali Kunjungi Pengolahan Sampah Plastik Milik Warga LDII
Lintas Daerah

Kejati Bali Kunjungi Pengolahan Sampah Plastik Milik Warga LDII

9 hours ago
Anggota DPD RI Dukung Kontribusi LDII untuk Kemajuan Maluku
Lintas Daerah

Anggota DPD RI Dukung Kontribusi LDII untuk Kemajuan Maluku

10 hours ago
LDII Silaturahim dengan Kajari Tana Toraja, Perkuat Sinergi Kamtibmas
Lintas Daerah

LDII Silaturahim dengan Kajari Tana Toraja, Perkuat Sinergi Kamtibmas

1 day ago
Nuansa Persada

Majalah Resmi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hubungi kami untuk layanan iklan online: marketing@nuansaonline.com

Follow Us

Recent News

Gelar Kerja Bakti Nasional, DPP LDII Ajak Warga Peduli Lingkungan dan Tingkatkan Nasionalisme

Gelar Kerja Bakti Nasional, DPP LDII Ajak Warga Peduli Lingkungan dan Tingkatkan Nasionalisme

August 3, 2025
Memaknai Arti Kemerdekaan dengan Gotong-Royong

Memaknai Arti Kemerdekaan dengan Gotong-Royong

August 3, 2025

ARSIP

  • Iklan
  • Privacy & Policy

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Energi
  • Fa Aina Tadzhabun
  • Iptek
  • Apa Siapa
  • Digital
  • Hukum
  • Jejak Islam
  • Kesehatan
  • Kisah Teladan
  • Laporan
  • Lentera Hati
  • Liputan Khusus
  • Lintas Daerah
  • Resonansi
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Remaja
  • Siraman Rohani
  • Khutbah (PDF)
    • Khutbah Jumat Bahasa Arab
    • Idul Fitri Bahasa Arab
    • Idul Fitri (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (ust. Imam Rusdi)
    • Idul Adha (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (Kediri 2017)

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In