Bandar Lampung (1/7). Sebanyak 250 guru TPA/TPQ dari berbagai wilayah di Kota Bandar Lampung mengikuti “Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru TPA”, yang digelar DPD LDII Kota Bandar Lampung pada Sabtu (21/6) di Masjid Hisbullah, Labuhan Dalam, Bandar Lampung, Lampung. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas pengajaran Al Quran melalui penguatan kompetensi guru secara menyeluruh.
“Penting menciptakan suasana pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik TPA/TPQ. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendidik yang menjadi panutan. Serta mampu mengelola pembelajaran secara holistik dan efektif,” ujar Dewan Penasihat DPD LDII Bandar Lampung, Bambang E Subekti.
Bambang memaparkan empat kompetensi utama yang wajib dimiliki guru TPA/TPQ, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi ini, menurutnya, menjadi fondasi penting dalam mencetak generasi profesional religius dan berkarakter luhur.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, “Dengan pemahaman tentang karakteristik anak, teori belajar, serta teknik komunikasi dan penilaian yang tepat,” ujar Bambang.
Bambang menegaskan, guru harus menjadi teladan, berkepribadian baik, dan mampu menjalin komunikasi efektif dengan siswa, orang tua, dan masyarakat. “Profesionalisme guru juga sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, sehingga penguasaan materi dan pengembangan diri secara berkelanjutan menjadi keharusan,” tegasnya.
Narasumber pelatihan, Karjono, membawakan materi tentang strategi pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan dunia anak. Ia menekankan pentingnya metode variatif dan pendekatan emosional dalam proses mengajar.
“Pembelajaran yang menyenangkan membangun kedekatan dan memudahkan anak memahami materi. Guru harus kreatif menggunakan metode seperti cerita, lagu, permainan edukatif, serta media visual seperti gambar, video, dan alat peraga,” jelasnya.
Karjono juga mengingatkan pentingnya evaluasi pembelajaran. Evaluasi di TPA/TPQ, menurutnya, tidak harus rumit, namun harus dilakukan secara konsisten untuk mengukur pencapaian materi. “Evaluasi bisa dilakukan melalui observasi, pemberian reward, penilaian harian, atau refleksi,” tutupnya.