PALING UPDATE
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Home Opini

Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

in Opini
387
0
Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

Ilustrasi: Pinterest.

554
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Thonang Effendi*

Suatu pagi, suasana kelas tampak hidup. Seorang siswa membantu temannya yang jatuh di halaman sekolah. Siswa lain dengan sigap memanggil guru piket, sementara yang lain membawa kotak P3K dari UKS.

Guru menyambut mereka dengan tenang, memberi apresiasi, lalu menenangkan si anak yang terluka. Setelahnya, mereka duduk melingkar, berbicara tentang empati dan tolong-menolong. Tidak ada ceramah panjang. Tidak ada poster besar bertuliskan sila kedua. Tapi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab hadir nyata.

Dari peristiwa sederhana itu, kita menyaksikan bagaimana nilai-nilai Pancasila bisa hidup dan mengalir dalam keseharian di sekolah. Bahwa Pancasila bukan sekadar teks sakral yang dibacakan dalam upacara, tetapi harus hadir dalam tindakan nyata, dalam kebiasaan, dan dalam interaksi antarsiswa dan guru.

Memperingati Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan hanya soal mengenang sejarah lahirnya dasar negara. Lebih dari itu, ini menjadi refleksi bagaimana Pancasila diterapkan dalam kehidupan nyata, khususnya di satuan pendidikan sebagai tempat strategis pembentukan karakter generasi penerus bangsa.

Sekolah adalah miniatur kehidupan sosial yang sesungguhnya. Di sinilah anak-anak belajar tentang perbedaan, kerjasama, kejujuran, dan tanggung jawab. Di sinilah nilai-nilai Pancasila seharusnya diinternalisasikan: dari pengalaman, bukan hanya hafalan.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Program Sekolah Aman, Nyaman, dan Menyenangkan (SNAM) menekankan pentingnya lingkungan belajar kondusif dan positif yang membahagiakan. SNAM bertujuan untuk menciptakan sekolah yang aman dari perundungan, kekerasan, dan intimidasi, serta mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan fokus.

Ketika siswa merasa aman, nyaman, dan dihargai, nilai-nilai luhur lebih mudah ditanamkan. Ini sejalan dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara yang menempatkan pendidikan sebagai upaya menuntun segala kekuatan kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Nilai-nilai Pancasila pun memiliki ruang tumbuh yang subur ketika sekolah mengembangkan pendidikan karakter yang holistik. Di sinilah relevansi 29 Karakter Luhur yang dikembangkan LDII menjadi signifikan. Karakter 6 Thobiat Luhur yaitu jujur, amanah, mujhid-muzhid, rukun, kompak, kerja sama yang baik, dan Tri Sukses Generus yaitu akhlakul karimah, alim-fakih, dan mandiri bukan hanya nilai ideal, tapi sudah dipraktikkan melalui:

  • Pembiasaan sehari-hari (berpamitan, tepat waktu masuk sekolah, senyum-salam, menyapa guru dan teman, berbicara yang baik, bersungguh-sungguh dalam belajar, membantu teman, menjaga kebersihan, menjaga kerapian)
  • Pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum
  • Kegiatan ekstrakurikuler yang melatih kepemimpinan dan tanggung jawab sosial
  • Keteladanan dari guru dan tenaga pendidik

Penelitian Thomas Lickona (2012) menunjukkan bahwa sekolah yang berhasil menanamkan nilai karakter memiliki iklim yang lebih positif dan hasil akademik yang lebih baik. Sementara itu, data Kemendikbudristek dan OECD juga mendukung bahwa lingkungan belajar yang sehat dan inklusif mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa.

Namun tentu saja, tantangannya tidak kecil. Era digital menghadirkan banjir informasi yang tidak selalu ramah nilai. Individualisme dan ujaran kebencian bisa menyelinap lewat layar gawai. Di sinilah pentingnya peran sekolah dan keluarga sebagai rumah nilai, bukan sekadar tempat menuntut ilmu.

Menghidupkan Pancasila di sekolah berarti menciptakan ekosistem yang menghargai perbedaan, menumbuhkan gotong-royong, dan mengajak anak untuk berpikir kritis sekaligus empatik. Ketika Pancasila hadir dalam ruang kelas, halaman sekolah, hingga ruang guru dan OSIS, maka nilai-nilainya akan tumbuh menjadi kebiasaan, dan dari kebiasaan akan lahir budaya.

Akhirnya, mari jadikan Hari Lahir Pancasila bukan sekadar seremonial, tetapi momentum meneguhkan kembali komitmen kita: menghadirkan sekolah sebagai ruang hidup Pancasila, di mana anak-anak merasa aman, nyaman, bahagia, dan tumbuh sebagai manusia yang profesional religius dan berkarakter luhur.

*Thonang Effendi
Ketua Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII
Wakil Ketua DPW LDII DKI Jakarta

Related Posts

Kedaulatan Sejarah untuk Indonesia: Menulis Masa Lalu, Mengarahkan Masa Depan
Artikel

Kedaulatan Sejarah untuk Indonesia: Menulis Masa Lalu, Mengarahkan Masa Depan

by admin
September 28, 2025
0

oleh Singgih Tri Sulistiyono* Jika orang berbicara tentang “kedaulatan”, bayangan yang muncul sering berkisar pada kokohnya benteng pertahanan, langkah tegas militer, keluwesan...

Read more
Perdagangan Karbon: Solusi Nyata atau Hanya Iming-iming Semata?
Opini

Perdagangan Karbon: Solusi Nyata atau Hanya Iming-iming Semata?

by admin
September 17, 2025
0

Oleh Sudarsono dan Sri Wilarso* Ketika selesai membahas jejak karbon dan cadangan karbon, tanpa terasa pembicaraan bergeser pada isu perdagangan karbon (carbon...

Read more
Menjaga Api Semangat Mewariskan Perjuangan
Opini

Menjaga Api Semangat Mewariskan Perjuangan

by admin
September 16, 2025
0

oleh Budi Muhaeni* Generasi pendahulu bangsa ini adalah saksi hidup betapa mahalnya harga sebuah kemerdekaan. Ada yang berjuang mengangkat bambu runcing, ada...

Read more
Mengapa Cadangan Karbon Harus Kita Jaga?
Opini

Mengapa Cadangan Karbon Harus Kita Jaga?

by admin
September 12, 2025
0

Oleh Sudarsono dan Sri Wilarso* Istilah perdagangan karbon (carbon trading) pernah menjadi topik santer di berbagai media mainstream Indonesia. Indonesia selain kaya...

Read more
Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?
Artikel

Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

by admin
September 5, 2025
0

Oleh Sudarsono dan Wilarso* “Isu perubahan iklim (climate change) semakin mengemuka. Sejalan dengan itu, istilah jejak karbon (carbon footprint) pun semakin populer....

Read more
Peran Masjid dalam Membantu Penanganan Sampah di Nusa Tenggara Barat
Opini

Peran Masjid dalam Membantu Penanganan Sampah di Nusa Tenggara Barat

by admin
August 30, 2025
0

Oleh Bambang Supriadi* Persoalan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup memprihatinkan. Persoalan itu, bila tak ditangani secara...

Read more

Trending

Nasehat

11 hours ago
Nasional

Ponpes Wali Barokah dan LDII Kota Kediri Audiensi dengan Kejari Bahas Jaksa Masuk Pesantren

2 days ago
Nasional

DPP IPI Kunjungi Ponpes Wali Barokah Kediri, Perkuat Jaringan Pesantren

2 days ago
Saat Muswil X, Ketum Dorong LDII DKI Jakarta Sinergi dengan Stakeholder
Lintas Daerah

Saat Muswil X, Ketum Dorong LDII DKI Jakarta Sinergi dengan Stakeholder

2 days ago
Pererat Ukhuwah dan Sinergi Dakwah, Ahmad Ali dan LDII Silaturahim dengan PW Muhammadiyah Malut
Lintas Daerah

Pererat Ukhuwah dan Sinergi Dakwah, Ahmad Ali dan LDII Silaturahim dengan PW Muhammadiyah Malut

3 days ago
Nuansa Persada

Majalah Resmi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hubungi kami untuk layanan iklan online: marketing@nuansaonline.com

Follow Us

Recent News

October 13, 2025

Ponpes Wali Barokah dan LDII Kota Kediri Audiensi dengan Kejari Bahas Jaksa Masuk Pesantren

October 12, 2025

ARSIP

  • Iklan
  • Privacy & Policy

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Energi
  • Fa Aina Tadzhabun
  • Iptek
  • Apa Siapa
  • Digital
  • Hukum
  • Jejak Islam
  • Kesehatan
  • Kisah Teladan
  • Laporan
  • Lentera Hati
  • Liputan Khusus
  • Lintas Daerah
  • Resonansi
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Remaja
  • Siraman Rohani
  • Khutbah (PDF)
    • Khutbah Jumat Bahasa Arab
    • Idul Fitri Bahasa Arab
    • Idul Fitri (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (ust. Imam Rusdi)
    • Idul Adha (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (Kediri 2017)

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In