PALING UPDATE
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Home Nasehat

Menghitung Tanpa Angka

in Nasehat
386
0
Menghitung Tanpa Angka

Ilustrasi: LINES - AI Generated.

548
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Pernahkah hati kita merasa lelah menghitung? Jawabnya sering. Menghitung hasil kerja, menghitung kebaikan yang telah kita lakukan, menghitung kerugian, menghitung cinta yang tidak terbalas. Bahkan, menghitung kepunyaan orang lain. Kehidupan modern membuat kita menjadi makhluk pengukur: selalu ingin tahu seberapa banyak, seberapa cepat, seberapa besar. Bahkan dalam ibadah, kadang kita menghitung juga — berapa kali dzikir sudah diucap, berapa rakaat sudah ditunaikan, berapa pahala telah dikumpulkan.

Namun, ada satu dzikir yang mengajarkan cara menghitung tanpa angka. Itu adalah dzikir yang diajarkan Nabi ﷺ kepada istrinya, Juwairiyah binti al-Ḥārith:

“Subḥānallāhi wa biḥamdihi, ʿadada khalqihi, wa riḍā nafsihi, wa zinata ʿarsyihi, wa midāda kalimātihi.”

(Mahasuci Allah, aku memuji-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridhaan-Nya, seberat timbangan Arasy-Nya, dan sebanyak tinta yang menulis kalimat-kalimat-Nya.)
Berikut riwayat indahnya.

وَعَن جوَيْرِية أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ جَالِسَةٌ قَالَ: «مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا؟» قَالَتْ: نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَاءَ نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاته “. رَوَاهُ مُسلم

Dari Juwairiyah sesungguhnya Nabi ﷺ keluar dari sisinya pada pagi hari ketika beliau selesai shalat Subuh, sedangkan Juwairiyah sedang duduk di tempat shalatnya. Ketika Nabi ﷺ kembali setelah waktu dhuha, beliau mendapati Juwairiyah masih duduk di tempat yang sama. Maka beliau bertanya: “Masihkah engkau duduk (berdzikir) di tempatmu seperti ketika aku meninggalkanmu tadi?” Ia menjawab: “Ya.” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Sungguh aku telah mengucapkan setelahmu empat kalimat sebanyak tiga kali; seandainya ditimbang dengan apa yang engkau ucapkan sejak pagi, niscaya akan sebanding dengan semuanya.” Yaitu:_“Subḥānallāhi wa biḥamdihi, ʿadada khalqihi, wa riḍā nafsihi, wa zinata ʿarsyihi, wa midāda kalimātihi.” (HR Muslim)

Dzikir ini sederhana, singkat, padat, tapi sesungguhnya ia adalah lautan tak bertepi. Ia mengandung pelajaran besar tentang bagaimana manusia menaruh dirinya di hadapan kebesaran Tuhan alam semesta.

🌺 Subḥānallāhi wa biḥamdihi — Ketika Puji Menjadi Kesadaran
Kata subḥānallāh berarti menyucikan Allah dari segala kekurangan. Sedangkan wa biḥamdihi berarti memuji-Nya atas segala kesempurnaan. Ketika dua kalimat ini bergandengan, maka sesungguhnya hati sedang berdiri di antara dua kutub: pengakuan akan kefakiran diri, dan kekaguman akan kebesaran-Nya.

Dzikir ini bukan sekadar pujian lisan. Ia adalah kesadaran eksistensial, sebuah pengakuan halus bahwa manusia hanyalah noktah kecil dalam hamparan tak berujung. Di tengah dunia yang berisik oleh kebanggaan dan klaim diri, dzikir ini memanggil kita untuk kembali: menjadi hening, menjadi bening, berteman sepi.

Tasbih adalah udara bagi hati. Bila ia berhenti, hati pun mati. Ucapan ini seperti menjelaskan bahwa dzikir bukan sekadar lafaz, tetapi oksigen batin. Ketika kita memuji Allah, kita sedang menghidupkan sisi terdalam dari diri kita—bagian yang sering terabaikan ketika dunia begitu bising oleh ambisi. Dzikir adalah cahaya bagi hati. Tidak ada sesuatu yang lebih mampu menyinari hati melebihi dzikir.

🌸 Adada khalqihi — Mengingat Sebanyak Ciptaan-Nya
Berapa jumlah ciptaan Allah? Tidak terhitung. Dari bintang yang paling jauh hingga debu yang menempel di jari, semuanya ciptaan-Nya. Ketika kita mengucapkan ʿ adada khalqihi , kita sedang melepaskan diri dari batas angka. Kita menyerahkan penghitungan kepada Allah yang Maha Menghitung.

Dzikir ini seolah berbisik, “Hentikan menghitung hasil, mulai rasakan makna.” Di dunia yang menilai segalanya dengan ukuran — nilai rapor, angka gaji, jumlah pengikut — kalimat ini mengembalikan kita kepada nilai yang tak terukur: keikhlasan, ketulusan, dan syukur yang tidak bisa dihitung. Dan mendalam.

🌼 Wa riḍā nafsihi — Ridha yang Menenangkan
Kalimat ini adalah inti keheningan sejati. “ Sesuai keridhaan-Nya.” Tidak lebih, tidak kurang. Bukankah sebagian besar kegelisahan hidup bersumber dari ketidakridhaan terhadap takdir? Kita sering ingin hidup lain, wajah lain, nasib lain.

Dzikir ini mengajari kita menerima aliran kehidupan sebagaimana adanya, tanpa perlawanan yang sia-sia. Ridha bukan pasrah buta, tetapi kesadaran penuh bahwa segala sesuatu berjalan dalam rancangan kasih sayang Allah. “Barang siapa ridha terhadap ketentuan Allah, maka Allah pun ridha kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

Ridha adalah harta yang tidak akan habis. Setiap kali hati meradang oleh keinginan, ingatan ini kembali menegakkan kita: bahwa ketenangan bukan berasal dari tercapainya apa yang diinginkan, melainkan dari selarasnya jiwa dengan ketentuan Allah.

🌷 Wa zinata ʿarsyihi — Seberat Timbangan Arasy-Nya
Arasy adalah makhluk terbesar yang pernah disebut dalam Al-Qur’an. Ketika Nabi ﷺ mengajarkan perumpamaan ini, itu seperti ingin mengatakan: “Sekalipun engkau ingin memuji Allah dengan seluruh berat semesta, tidak akan pernah cukup.”

Ini adalah bahasa kerendahan hati. Manusia yang merasa cukup dalam memuji Tuhan, sebenarnya belum mengenal Tuhan. Karena setiap pujian baru hanyalah pintu menuju pujian berikutnya yang lebih dalam dan panjang.

🌻 Wa midāda kalimātihi — Sebanyak Tinta Kalimat-Nya
Allah berfirman:

وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَامٌ وَّالْبَحْرُ يَمُدُّهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖ سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta) ditambah tujuh lautan lagi setelah (kering)-nya, niscaya tidak akan pernah habis kalimatullah (ditulis dengannya). Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Luqman:27)

Setiap tetes tinta yang tumpah adalah simbol keterbatasan manusia dalam memahami keagungan Allah. Dzikir ini adalah bentuk pengakuan paling jujur bahwa bahasa manusia tidak cukup untuk menampung kebesaran-Nya. Maka yang tersisa hanyalah rasa kagum, kagum dan tunduk.

🌿 Dari Hati yang Rewel ke Hati yang Ridha
Di zaman penuh keluh kesah ini, banyak hati menjadi “rewel”—mudah kecewa, sulit puas, selalu merasa kurang. Padahal mungkin yang kita butuhkan hanyalah duduk sejenak seperti Sayyidah Juwairiyah, lalu berdzikir dengan penuh makna. Tiga kali ucapan itu bisa menandingi dzikir berjam-jam, bukan karena jumlah hurufnya, tetapi karena kedalaman hatinya. Dzikir ini bukan sekadar bacaan, melainkan cara hidup: menyucikan tanpa membenci dunia, memuji tanpa menuntut balasan, dan menerima takdir tanpa kehilangan harapan.

🌸 Penutup: Hening yang Bertasbih
Ketika hati kita penat oleh angka—angka waktu, angka prestasi, angka uang—maka dzikir ini datang sebagai tempat bernaung. Ia mengajak kita berhitung dengan rasa, bukan dengan angka. Karena pujian sejati tidak diukur oleh jumlah, melainkan oleh kedalaman makna.

Subḥānallāhi wa biḥamdihi, ʿadada khalqihi, wa riḍā nafsihi, wa zinata ʿarsyihi, wa midāda kalimātihi.

Semoga hati kita yang rewel perlahan tenang dalam ridha-Nya, seperti laut yang berhenti berdebur, ketika seluruh tinta telah menjadi dzikir.

Related Posts

Malas Shalat dan Benci Infaq
Nasehat

Malas Shalat dan Benci Infaq

by admin
November 17, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan Ketika Al-Qur’an menceritakan dan mendiskripsikan orang-orang...

Read more
D l o s o r
Nasehat

D l o s o r

by admin
November 10, 2025
0

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan Dalam budaya Jawa, kata dlosor terdengar...

Read more
Pikiran Sederhana
Nasehat

Pikiran Sederhana

by admin
November 3, 2025
0

(Jalan Menuju Kedamaian Hidup) Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan Kehidupan modern...

Read more
Maknai Syukur Saat Ujian, Habib Ubaidillah Tekankan Peran Takdir dan Doa
Nasehat

Maknai Syukur Saat Ujian, Habib Ubaidillah Tekankan Peran Takdir dan Doa

by admin
October 31, 2025
0

Pengasuh Pondok Pesantren Al Ubaidah Kertosono, Habib Ubaidillah Al Hasany menjelaskan cara bersyukur dalam kesulitan melalui program Oase Hikmah di kanal LDII...

Read more
Debu dalam Nafas Kita
Nasehat

Debu dalam Nafas Kita

by admin
October 27, 2025
0

— Sebuah Renungan tentang Microplastik — Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan...

Read more
KH Aceng Karimullah Uraikan 6 Perkara yang Menjamin Surga
Nasehat

KH Aceng Karimullah Uraikan 6 Perkara yang Menjamin Surga

by admin
October 24, 2025
0

Jakarta (24/10). Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Aini Cilandak, Jakarta Selatan, Aceng Karimullah, mengupas tema “Jaminan Surga dan Peluang bagi Umat” yang tayang...

Read more

Trending

Menghitung Tanpa Angka
Nasehat

Menghitung Tanpa Angka

11 minutes ago
LDII Wonogiri Ikuti Rakorwil Jateng, Soroti Penguatan Organisasi dan Pendidikan
Lintas Daerah

LDII Wonogiri Ikuti Rakorwil Jateng, Soroti Penguatan Organisasi dan Pendidikan

16 hours ago
Jelang Muswil LDII Kepri, Ketum Ajak Media Evaluasi Program Kerja LDII
Lintas Daerah

Jelang Muswil LDII Kepri, Ketum Ajak Media Evaluasi Program Kerja LDII

16 hours ago
LDII Pemalang Perkuat Sinergi Kamtibmas Lewat Audiensi dengan Polsek
Lintas Daerah

LDII Pemalang Perkuat Sinergi Kamtibmas Lewat Audiensi dengan Polsek

17 hours ago
Terima Audiensi, Bupati Serang Apresiasi Program Pengabdian dan Zero Waste LDII
Lintas Daerah

Terima Audiensi, Bupati Serang Apresiasi Program Pengabdian dan Zero Waste LDII

17 hours ago
Nuansa Persada

Majalah Resmi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hubungi kami untuk layanan iklan online: marketing@nuansaonline.com

Follow Us

Recent News

Menghitung Tanpa Angka

Menghitung Tanpa Angka

November 24, 2025
LDII Wonogiri Ikuti Rakorwil Jateng, Soroti Penguatan Organisasi dan Pendidikan

LDII Wonogiri Ikuti Rakorwil Jateng, Soroti Penguatan Organisasi dan Pendidikan

November 23, 2025

ARSIP

  • Iklan
  • Privacy & Policy

© 2021 - Designed by GenerusMedia

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Energi
  • Fa Aina Tadzhabun
  • Iptek
  • Apa Siapa
  • Digital
  • Hukum
  • Jejak Islam
  • Kesehatan
  • Kisah Teladan
  • Laporan
  • Lentera Hati
  • Liputan Khusus
  • Lintas Daerah
  • Resonansi
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Remaja
  • Siraman Rohani
  • Khutbah (PDF)
    • Khutbah Jumat Bahasa Arab
    • Idul Fitri Bahasa Arab
    • Idul Fitri (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (ust. Imam Rusdi)
    • Idul Adha (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (Kediri 2017)

© 2021 - Designed by GenerusMedia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In