Bandung (14/11). Pengamat komunikasi publik sekaligus akademisi Universitas Pasundan, Deden Ramdan, menilai peran lembaga keagamaan dan masyarakat sipil, termasuk LDII, sangat strategis dalam membangun komunikasi publik yang produktif. Hal tersebut ia sampaikan dalam Talkshow Formasi Asik bertema “Sinergi Umat dan Pemerintah dalam Mewujudkan Asta Cita Indonesia Emas 2045” yang digelar di Studio TVRI Jawa Barat, pada Jumat (14/11).
“Saya pikir ini strategis, yakni lembaga keagamaan dan masyarakat sipil berikhtiar membangun komunikasi publik yang produktif. Sejatinya mereka dapat menjadi jembatan antara pemerintah dengan masyarakat, misalnya memfasilitasi dialog antarumat beragama, mempromosikan kebutuhan atau aspirasi masyarakat. Ini bagus sebagai ruang aspirasi untuk meningkatkan harmonisasi antarumat beragama,” ujar Deden.
Menurutnya, kunci harmonisasi di Indonesia adalah saling percaya, saling memahami, dan saling mengerti. “Hal ini bisa diperkuat dengan peran ormas seperti LDII,” tambahnya.
Deden menekankan bahwa program Asta Cita sebenarnya bukan hanya aktivitas di tingkat nasional, tetapi juga harus dijalankan hingga tingkat lokal dan desa. “Asta Cita harus disesuaikan dengan karakteristik lokal agar manfaatnya lebih bisa dirasakan masyarakat,” katanya.
Ia juga menyoroti pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan kebijakan dan program yang baik agar implementasinya sesuai dengan karakter lokal, “Untuk mengelola narasi positif berkaitan dengan Indonesia Emas 2045, kita menghadapi beragam pandangan masyarakat. Ada yang optimis, ada yang skeptis terhadap kondisi Indonesia saat ini,” lanjutnya.
Namun, meski banyak pandangan berbeda, ia memandang bahwa elemen-elemen bangsa seperti LDII dapat berkontribusi secara signifikan. “Melalui kolaborasi dengan pemerintah, LDII bisa membuka ruang aspirasi dan menyebarluaskan narasi positif bahwa bangsa ini kuat,” ungkap Deden.
Ia menambahkan bahwa keterbukaan pemerintah dan kepercayaan masyarakat menjadi kunci agar optimisme publik tetap terjaga. “Pemerintah harus terbuka dan jujur, dan masyarakat juga diberi kepercayaan yang nyata tentang bagaimana pemerintah bekerja. Kita masih memiliki kesadaran kolektif bahwa negeri ini akan baik-baik saja, dan Indonesia Emas akan tercapai, dengan catatan masyarakat dan pemerintah saling percaya satu sama lain,” tutupnya.














