Jakarta (25/10). Literasi digital bukan hanya mengoperasikan perangkat, tapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, menjaga keamanan digital, punya etika, dan membangun budaya digital yang sehat.
Hal itu diungkapkan Ketua Tim Literasi Digital Masyarakat Umum Kepala Pusat Pengembangan Literasi Digital BPSDM Komdigi Rangga Adi Negara sebagai pembicara pada sesi Literasi Digital Keluarga, “Inilah yang menjadi dasar literasi pendidikan digital dan keluarga,” imbuh dia.
Paparan dari Rangga, merupakan bagian dari sesi Festival Keluarga yang digelar Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta Timur pada Sabtu, (25/10).
Rangga memaparkan perkembangan kondisi teknologi digital saat ini telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat global. Informasi bergerak cepat, pengguna internet juga meningkat, seiring juga meningkatnya pengguna ponsel. “Perkembangan itu diiringi dengan media sosial yang masif, namun tidak semua masyarakat memiliki kemampuan yang sama dalam memahami, memilih, dan menyaring informasi digital,” ujarnya.
Ia melanjutkan, perkembangan teknologi digital menjadi pesat dari tahun ke tahun, akses terhadap ponsel pintar, dan peluang besar memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Namun peningkatan itu tidak diiringi dengan kemampuan literasi digital yang memadai. Situasi ini memunculkan tantangan seperti penyebaran info tidak akurat, paparna konten negatif, hingga penipuan daring.
“Komdigi mengajak masyarakat bersama tidak hanya menjadi pengguna teknologi tapi juga pengguna cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab. Keluarga, institusi, dan pemerintah perlu sinergi untuk literasi digital, sehingga nantinya berdampak positif bagi masyarakat,” kata dia.
Selain itu, ia menambahkan, banyak masyarakat Indonesia menghadapi tantangan baru yang menuntut penyesuaian dalam pengasuhan dan interaksi. Gawai menjadi aktivitas anak usia dini, sehingga menjadi lingkungan kedua setelah rumah. “Tanpa pendampingan yang tepat, anak dapat dengan mudah terpapar konten negatif. Selain itu, arus informasi yang cepat membuat orang tua dan anak kesulitan membedakan info yang benar dna menyesatkan.
Sisi lain, penggunaan gawai mengurangi kualitas komunikasi dalam keluarga. Karena itu literasi digital dalam keluarga, bukan hanya mengajarkan teknologi tapi juga berperan aktif sebagai pendamping, teladan, pelindung bagi anak di kondisi awal. Sehingga mendukung tumbuh kembang anak secara positif.
Menjalankan program itu sebagai upaya peningkatan masyarakat menggunakan teknologi digital secara bijak, aman, dan produktif. Komdigi berupaya mengedukasi cara mengelola informasi, data keamanan pribadi, serta menggunakan media digital untuk mendukung aktivitas utama.
Orang tua dapat mengarahkan anak memanfaatkan teknologi digital untuk belajar, eksplorasi pengetahuan dan pengembangan minat bakat. “Diharapkan anggota keluarga dapat menjadi pengguna yang kritis, tanggung jawab, dan membangun budaya digital yang positif,” kata dia. Acara ini bertujuan memperkuat ketahanan keluarga di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial era digital.
Dalam program literasi digital, ada 4 pilar yang menjadi acuan dalam mengenal literasi digital; Cakap Digital, Etika, Budaya Digital, Aman Digital. Dengan 4 pilar itu, harapannya anggota keluarga bisa lebih kritis dan membangun budaya digital yang positif di tengah derasnya arus informasi. Menghargai privasi orang lain, agar memanfaatkan penggunaan teknologi tetap sehat. “Anak akan belajar bahwa teknologi tak hanya hiburan tapi juga bisa berkomunikasi dan hubungan sosial,” kata dia.













