Manokwari (7/8). Penggerak Pembina Generus (PPG) Kabupaten Manokwari bersama DPD LDII Manokwari dan Papua Barat mengikuti kegiatan evaluasi dan monitoring PPG secara nasional melalui metode hybrid. Kegiatan **disiarkan langsung dari Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur, Minggu (3/8).
Ketua PPG Kabupaten Manokwari, Yusuf Wibowo menegaskan bahwa tantangan pembinaan generasi penerus semakin kompleks. “Tantangan dan hambatan selalu menghadang perjuangan para pengurus untuk terus melaksanakan tugas mulia demi masa depan bangsa dan negara,” ujarnya.
Yusuf menambahkan, kegiatan ini menitikberatkan pada penguatan semangat pengurus dalam membina dan mengarahkan generasi penerus warga LDII berbasis 29 Karakter Luhur yang telah dicanangkan DPP LDII. “Pembinaan mulai dari usia pra-PAUD hingga pranikah, sebagai langkah strategis menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Yusuf berharap seluruh pengurus dapat terus menjaga semangat, serta mampu mengatur waktu dengan efisien agar setiap program pembinaan berjalan optimal. “Kita harus mengelola waktu dengan sebaik mungkin, sehingga seluruh amanah dapat terselesaikan tepat waktu,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Yusuf mengutip firman Allah SWT dalam QS An-Nahl ayat 97, “Barang siapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dan dia beriman, maka kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang lebih baik dan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
Menurutnya, kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat visi LDII dalam mencetak generasi muda yang berkarakter, mandiri, dan berkontribusi positif bagi bangsa. “Setiap langkah kecil yang dilakukan hari ini, akan menjadi pijakan besar bagi masa depan bangsa. Seperti yang dilakukan pengurus LDII di seluruh Indonesia, termasuk di Manokwari, semangat membina generasi penerus,” ujar Yusuf.
Pembinaan berbasis 29 Karakter Luhur bukan sekadar program, melainkan investasi peradaban. Dari usia dini hingga menjelang dewasa, mereka ditempa menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Yusuf menegaskan, kita semua memiliki peran. Orang tua, guru, tokoh masyarakat, bahkan seluruh elemen bangsa dapat menjadi bagian dari mata rantai pembinaan ini. Karena mencetak generasi emas bukan pekerjaan sehari, melainkan perjuangan seumur hidup.
“Mari kita tanamkan semangat itu di hati. Sebab, masa depan Indonesia bukan ditentukan esok hari, tetapi dimulai dari apa yang kita lakukan sekarang,” pungkas Yusuf.