PALING UPDATE
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Nuansa Persada
No Result
View All Result
Home Opini

Mengapa Cadangan Karbon Harus Kita Jaga?

in Opini
375
0
Mengapa Cadangan Karbon Harus Kita Jaga?

Ilustrasi: Pinterest.

549
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Sudarsono dan Sri Wilarso*

Istilah perdagangan karbon (carbon trading) pernah menjadi topik santer di berbagai media mainstream Indonesia. Indonesia selain kaya bahan tambang berharga, sebetulnya juga kaya dengan cadangan karbon. Pertanyaannya, siapkah kita menjadi penerima manfaat (benefactor) perdagangan karbon dunia yang konon nilainya triliunan rupiah. Untuk bisa meraup manfaatnya, pertama kita mesti tahu apa itu cadangan karbon dan bagaimana menjaganya.

Cadangan karbon (carbon stock) adalah konsep yang menggambarkan banyaknya simpanan karbon dalam berbagai bentuk dan lokasi di Bumi, sebagai cara untuk mengukur dan memantau upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan memitigasi perubahan iklim. Menukil kompas.id berjudul “Presiden Jokowi Sebut Potensi Bursa Karbon Indonesia Capai Rp 3.000 Triliun” edisi 26 September 2023, nilai ekonomi bursa karbon Indonesia mencapai Rp3.000 triliun.

Pada abad ke-19, ilmuwan mulai memahami peran karbon dalam sistem Bumi dan bagaimana karbon dapat disimpan dalam bentuk batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Di abad ke-20, ilmuwan mulai memahami dampak aktivitas manusia terhadap siklus karbon dan emisi GRK dapat mempengaruhi iklim, sehingga penelitian tentang perubahan iklim dan peran karbon dalam sistem Bumi mulai meningkat pada tahun 1950 hingga 1960-an.

Pada tahun 1980 hingga 1990-an, konsep cadangan karbon mulai digunakan dalam konteks perubahan iklim, dengan mengembangkan metode untuk mengukur dan memantau cadangan karbon dalam bentuk hutan, tanah, dan lautan. Lebih lanjut, pada tahun 1992, Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dibentuk untuk mengatasi masalah perubahan iklim global dan mempromosikan upaya untuk mengurangi emisi GRK dan memitigasi dampak perubahan iklim.

Cadangan Karbon dan Perubahan Iklim

Cadangan karbon memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim. Dengan mengukur dan memantau cadangan karbon, kita dapat memahami bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi siklus karbon dan bagaimana kita dapat mengurangi emisi GRK. Cadangan karbon juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempromosikan aksi iklim. Dengan mengetahui jumlah karbon yang disimpan dalam berbagai bentuk dan lokasi, kita dapat mengembangkan strategi untuk meningkatkan cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK.

Nilai positif cadangan karbon antara lain mengurangi emisi GRK dengan mengurangi jumlah CO2 di atmosfer dan memitigasi dampak perubahan iklim. Cadangan karbon dapat membantu meningkatkan keberlanjutan dengan mempromosikan praktik yang berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan. Cadangan karbon juga dapat mendukung keanekaragaman hayati dengan mempromosikan ekosistem yang sehat dan beragam. Dengan meningkatkan cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan untuk semua.

Jenis-jenis Cadangan Karbon

Cadangan karbon dapat berupa berbagai bentuk, namun jenis cadangan karbon yang umum diketahui antara lain hutan, sebagai cadangan karbon terbesar di Bumi. Pohon dan vegetasi lainnya menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk biomassa dan tanah. Tanah juga dapat menyimpan karbon dalam bentuk bahan organik. Oleh karena itu, pertanian yang berkelanjutan, karena lebih menyatu dengan alam, membantu meningkatkan cadangan karbon dalam tanah. Lautan juga berperan penting dalam siklus karbon global, karena fitoplankton dan organisme laut lainnya menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk biomassa dan sedimen. Batuan juga dapat menyimpan karbon dalam bentuk mineral karbonat, melalui proses geologi dapat mengubah karbon menjadi bentuk yang stabil dan tidak bereaksi dengan atmosfer.

Contoh nyata batuan sebagai cadangan karbon yang masif adalah gunung kapur, yang oleh manusia justru ditambang (dibakar) untuk digunakan sebagai bahan bangunan (gamping) dan dijual dengan harga yang relatif murah. Dilihat dari sisi cadangan karbon, pegunungan Kars (pegunungan kapur) yang ada di berbagai pelosok Indonesia merupakan kekayaan terpendam yang kurang dihargai oleh bangsa dan rakyat kita sendiri. Padahal potensi nilai cadangan karbonnya sangat luar biasa besarnya jika bisa dikelola dengan benar. Sebetulnya, Indonesia tidak hanya kaya karena banyaknya bahan tambang berharga yang ada di tanah air, tapi juga kaya cadangan karbon yang selama ini justru dirusak dan tidak dimanfaatkan oleh kita sendiri

Dampak Menipisnya Cadangan Karbon

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas manusia berpotensi membawa dampak berkurangnya cadangan karbon secara masif dan terstruktur. Artinya, jika pola aktivitas manusia yang eksploitatif terus dipertahankan, cadangan karbon akan terus menipis atau bahkan habis. Pertanyaannya, apa dampak yang akan dirasakan jika hal tersebut terjadi?

Potensi dampak negatif menurun atau hilangnya cadangan karbon antara lain peningkatan emisi GRK, perubahan iklim yang lebih parah atau bahkan irreversible, dampak negatif ke ekosistem, dan tentunya dampak negatif ke manusia yang hidup di bumi saat itu semua terjadi.

Habis atau menipisnya cadangan karbon membuat kemampuan Bumi menyerap CO2 dari atmosfer akan berkurang, sehingga akan menyebabkan peningkatan emisi GRK dan mempercepat perubahan iklim. Di sisi lain, peningkatan emisi GRK akan menyebabkan perubahan iklim yang lebih parah, meliputi peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca, dan peningkatan permukaan laut, yang berkaitan erat dengan banjir rob, erosi dan kehilangan habitat. Menipisnya cadangan karbon juga berdampak negatif secara langsung atau tidak langsung terhadap ekosistem, misalnya dapat menyebabkan kehilangan keanekaragaman hayati dan penurunan kemampuan ekosistem untuk menyediakan jasa ekosistem; mengubah struktur ekosistem dan komposisi spesies dan penurunan fungsi ekosistem.

Selain terhadap lingkungan, menipis atau habisnya cadangan karbon secara langsung atau tidak langsung berdampak negatif pada manusia. Dampak negatif terhadap manusia, antara lain berupa peningkatan risiko kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan polusi udara, kehilangan mata pencaharian dan peningkatan kemiskinan akibat perubahan iklim dan kerusakan ekosistem.

Dengan demikian, cadangan karbon yang menipis atau habis akan memiliki dampak negatif yang nyata pada lingkungan dan manusia, sehingga menjadi sangat penting untuk menjaga cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK untuk memitigasi dampak negatif yang dapat terjadi akibat perubahan iklim.

Siapa yang Harus Menjaga Cadangan Karbon?

Menjaga cadangan karbon merupakan tanggung jawab bersama, baik sebagai individu, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, perusahaan, dan pemerintah. Sebagai individu, peran penting dalam menjaga cadangan karbon dapat dilakukan melalui pilihan dan perilaku yang berkelanjutan. Misalnya dengan mengurangi konsumsi enerji sehingga mempunyai nilai jejak karbon (carbon footprint) yang rendah. Memilih menggunakan transportasi umum atau motor/mobil listrik, dan mengikuti praktik hidup yang berkelanjutan.

Mengajak merubah perilaku dan pilihan yang lebih berkelanjutan merupakan praktek baik di tingkat masyarakat yang dapat diterapkan, seperti mengurangi konsumsi enerji, memilih menggunakan produk yang berkelanjutan, dan mengikuti praktik pertanian berkelanjutan yang dapat membantu meningkatkan cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK. Organisasi kemasyarakatan, seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dapat melakukan advokasi dan pendidikan tentang isu-isu lingkungan kepada warganya dan masyarakat umum.

Sementara itu, sektor swasta atau perusahaan dapat berperan dalam menjaga cadangan karbon melalui praktik bisnis yang berkelanjutan, seperti mengurangi emisi GRK, menggunakan sumber daya alam yang berkelanjutan, serta mengembangkan produk yang berkelanjutan, yang dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dan menjaga cadangan karbon. Sedangkan pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga cadangan karbon melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Menjaga cadangan karbon adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, perusahaan, organisasi kemasyarakatan, dan individu. Dengan bekerja sama, kita dapat menjaga cadangan karbon dan mempromosikan keberlanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

Perlunya Meningkatkan Cadangan Karbon

Alih-alih mengeksploitasi secara berlebihan, kita semua seharusnya secara masif dan terstruktur berusaha untuk meningkatkan cadangan karbon, sebagai salah satu cara untuk mengurangi emisi GRK dan memitigasi dampak perubahan iklim. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cadangan karbon antara lain dengan melakukan reboisasi dan penghutanan kembali (afforestasi), memasifkan praktek pertanian berkelanjutan, mengintensifkan pengelolaan hutan secara berkelanjutan, mendorong penggunaan enerji baru dan terbarukan, dan mengurang emisi GRK, misalnya dengan meminimalkan jejak karbon.

Reboisasi dan afforestasi merupakan cara efektif untuk meningkatkan cadangan karbon, karena pohon-pohon yang ditanam dan tumbuh akan menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk biomassa dan tanah. Praktik pertanian berkelanjutan dapat membantu meningkatkan cadangan karbon dalam tanah, misalnya melalui rotasi tanaman yang mengurangi erosi, penggunaan pupuk organik yang meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, dan konservasi tanah yang juga dapat membantu mengurangi erosi.

Pengelolaan hutan berkelanjutan membantu meningkatkan cadangan karbon dalam hutan melalui pemilihan pohon yang tepat, terutama yang mempunyai cadangan karbon tinggi, dan melalui pengurangan kerusakan hutan yang dapat membantu meningkatkan cadangan karbon.
Penggunaan enerji alternatif selain bahan bakar fosil dapat membantu mengurangi emisi GRK dan meningkatkan cadangan karbon. Contoh enerji terbarukan antara lain enerji surya, enerji angin, dan enerji hidro/mikro-hidro. Pengurangan emisi GRK dapat membantu meningkatkan cadangan karbon, dengan cara mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi enerji, dan menggunakan teknologi rendah karbon.

Mengukur Cadangan Karbon

Mengukur cadangan karbon jika dikaitkan dengan perdagangan karbon bukan suatu hal yang kaleng-kaleng, dan untuk keperluan pendugaan cadangan karbon, tersedia beberapa metode tergantung letak dan jenis cadangan karbonnya. Berdasarkan letaknya, cadangan karbon ada yang berada di atas permukaan tanah (above ground) seperti batang pohon beserta cabang, ranting dan daunnya, tumbuhan yang ada dibawah pohon serta daun-daun yang sudah berjatuhan di tanah dan cadangan karbon yang berada di bawah tanah (below ground), seperti akar pohon dan bahan organik yang terkandung dalam tanah, seperti gambut.

Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah seara umum dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:

  1. Menghitung kandungan karbon secara langsung (metode destruktif), langsung dilakukan dengan cara memanen seluruh bagian biomasa di lapangan, ditimbang berat basahnya, diambil sebagian untuk dikeringkan sebagai sampel, dan dihitung biomasa keringnya. Sampel juga dianalisis kandungan karbonnya di laboratorium untuk dasar penghitungan karbon total.
  2. Metode tidak langsung (metode non-destruktif), dilakukan pendugaan biomassa dengan menggunakan rumus Alometrik yang sudah dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang telah terbukti bisa digunakan untuk menghitung biomasa pohon berdasarkan dimater dan tingginya. Data diambil di lapangan dengan alat sederhana pengukur tinggi dan diameter pohon, dimasukan ke dalam rumus alometrik dan langsung diperoleh data biomasa pohonnya. Cadangan karbon dapat diperkirakan dengan mengalikan biomasa yang diperoleh dengan angka 0,47, yang merupakan proporsi kandungan karbon pada biomassanya.

Sedangkan pendugaan cadangan karbon di dalam tanah dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran karbon tanah. Metode ini melibatkan pengambilan sampel tanah dan analisis laboratorium untuk menentukan kandungan karbon sampel tanahnya.

Metode allometrik dan pengukuran biomasa merupakan cara yang umum dilakukan untuk mengukur cadangan karbon. Karena relatif sederhana dan mudah dipraktekkan, dua metode ini dapat digunakan untuk mengukur cadangan karbon di hutan dan ekosistem lainnya. Dengan menggunakan metode yang tepat, kita dapat mengukur cadangan karbon dengan akurat dan memantau perubahan cadangan karbon dari waktu ke waktu.

Praktek Baik di Tingkat Individu dan Keluarga

Untuk tingkat individu dan keluarga, praktek baik yang bisa dilakukan oleh sebagai anggota masyarakat terkecil dalam menghadapi isu cadangan karbon, yaitu:

  1. Mengurangi konsumsi energi, dengan menggunakan lampu LED, efisien dalam menggunakan peralatan elektronik, mengatur AC pada suhu tertentu, dan menggunakan transportasi yang enerji efisien.
  2. Menggunakan transportasi yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan sepeda atau berjalan kaki bilamana memungkinkan, menggunakan transportasi umum, dan menggunakan kendaraan listrik atau hibrida.
  3. Mengurangi penggunaan plastik, dengan menggunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali, menghindari penggunaan plastik sekali pakai, dan sebagai gantinya menggunakan tumbler untuk tempat air minum.
  4. Mengembangkan pola hidup yang berkelanjutan, dengan mengurangi konsumsi pangan hewani dan memperbanyak pangan berbasis tanaman, menggunakan produk yang berkelanjutan dan menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan.
  5. Jangan mudah menebang pohon, terutama yang sudah tumbuh dan berkembang selama bertahun-tahun, meskipun ada di kebun atau halaman rumah kita sendiri. Jika diperlukan untuk mengurangi bahaya, lakukan pemotongan pucuk (topping) atau lakukan pemangkasan terstruktur sehingga tidak membahayakan lingkungan dan tetap menjaga cadangan karbon yang telah terakumulasi. Perbanyak menanam pohon di sekitar rumah atau di lokasi-lokasi yang memungkinkan untuk memperbesar cadangan karbon.
  6. Mengedukasi dan mengajak orang lain tentang pentingnya menjaga cadangan karbon sehingga semakin banyak yang meningkat kesadaran dan mau melakukan aksi untuk mengurangi emisi GRK, dengan berbagi informasi tentang isu cadangan karbon, mengajak orang lain untuk mengikuti praktik yang berkelanjutan dan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan.

Setiap individu dapat memainkan peran penting dalam menjaga cadangan karbon dengan mengikuti praktik yang berkelanjutan dan mengedukasi orang lain tentang pentingnya isu cadangan karbon. Dengan menurunkan jejak karbon dan meningkatkan cadangan karbon di tingkat individu dan keluarga, kita dapat mengurangi emisi GRK dan menjaga cadangan karbon untuk masa depan yang lebih baik.

Praktek Baik di Tingkat Masyarakat

Untuk tingkat masyarakat, praktek baik yang bisa dilakukan dalam menghadapi isu cadangan karbon, antara lain:

  1. Mengembangkan komunitas berkelanjutan, dengan cara membentuk kelompok masyarakat yang peduli lingkungan, mengembangkan program pendidikan lingkungan, dan menggalakkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
  2. Mengembangkan infrastruktur hijau, dengan cara mengembangkan taman kota, mengembangkan jalur hijau, dan mengembangkan sistem drainase yang berkelanjutan.
  3. Mengelola sampah dan limbah secara berkelanjutan, dengan cara mengembangkan sistem pengelolaan sampah dan limbah yang efektif, menggalakkan daur ulang, dan mengurangi penggunaan plastik.
  4. Mengembangkan pemanfaatan enerji terbarukan, dengan cara mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin (PLTA), dan menggalakkan penggunaan enerji terbarukan.

Praktek baik di tingkat masyarakat dapat membantu mengurangi emisi GRK dan menjaga cadangan karbon. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Mengetahui apa itu cadangan karbon, dampaknya ketika menipis dan mengetahui dan mempraktekkan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya berarti kita sudah membantu menurunkan GRK dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Lembaga Dakwa Islam Indonesia (LDII) sebagai organisasi kemasyarakatan Islam telah berkomitmen untuk berkontribusi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, salah satunya melalui karya dan kontribusi di bidang sumber daya alam dan lingkungan.

Kegiatan yang telah dilakukan LDII di bidang lingkungan ini sejalan dengan usaha untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goal, SDG), khususnya SDG13 (Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim), dan SDG7 (Enerji Bersih dan Terjangkau) dan SDG12 (Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab). Ayo, mulai kita bangun cadangan karbon di sekitar kita dan tingkatkan jumlahnya untuk bumi yang berkelanjutan. Salam cadangan karbon (carbon stock) yang lestari untuk masa depan yang lebih baik.

*) Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc, adalah Ketua DPP LDII yang juga Guru Besar pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
*) Prof. Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R., M.S adalah Ketua Departemen LISDAL DPP LDII yang juga Guru Besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

Tags: Cadangan KarbonPembangunan BerkelanjutanPerdagangan Karbon

Related Posts

Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?
Artikel

Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

by admin
September 5, 2025
0

Oleh Sudarsono dan Wilarso* “Isu perubahan iklim (climate change) semakin mengemuka. Sejalan dengan itu, istilah jejak karbon (carbon footprint) pun semakin populer....

Read more
Peran Masjid dalam Membantu Penanganan Sampah di Nusa Tenggara Barat
Opini

Peran Masjid dalam Membantu Penanganan Sampah di Nusa Tenggara Barat

by admin
August 30, 2025
0

Oleh Bambang Supriadi* Persoalan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup memprihatinkan. Persoalan itu, bila tak ditangani secara...

Read more
Jalan Panjang Indonesia Menuju Sampah Terkelola 100 Persen
Artikel

Jalan Panjang Indonesia Menuju Sampah Terkelola 100 Persen

by admin
August 21, 2025
0

Oleh Biro LISDAL DPW LDII Provinsi NTB Bambang Supriadi Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, baru-baru ini menerima Anugerah...

Read more
Memilih Nakhoda Dulu Baru Kapalnya
Opini

Memilih Nakhoda Dulu Baru Kapalnya

by admin
August 8, 2025
0

Oleh Budi Muhaeni* Dalam dunia manajemen, satu prinsip penting sering kali diabaikan, padahal justru menentukan keberhasilan organisasi adalah prinsip pilihlah orang-orangnya terlebih...

Read more
Murup lan Muni: Seni Memimpin di Tengah Gelombang Digital
Opini

Murup lan Muni: Seni Memimpin di Tengah Gelombang Digital

by admin
July 29, 2025
0

oleh Budi Muhaeni* Di tengah gemuruh algoritma dan derap langkah digital yang tak terhenti, apa sebenarnya esensi kepemimpinan di masa kini? Pernahkah...

Read more
Menyulam Hikmah di Balik Cobaan
Opini

Menyulam Hikmah di Balik Cobaan

by admin
July 19, 2025
0

oleh Wanhat DPD LDII Balikpapan Budi Muhaeni Hidup ini adalah rentetan episode, sebagian dihiasi tawa dan kebahagiaan, sebagian lagi diuji dengan air...

Read more
Nuansa Persada

Majalah Resmi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hubungi kami untuk layanan iklan online: marketing@nuansaonline.com

Follow Us

Recent News

Persinas ASAD Pasangkayu Cetak Pesilat Muda Berkarakter dan Cinta Budaya Leluhur

Persinas ASAD Pasangkayu Cetak Pesilat Muda Berkarakter dan Cinta Budaya Leluhur

September 12, 2025
LDII Dukung Penguatan Moral Bangsa Lewat Pengajian Bersama Polres Tana Toraja

LDII Dukung Penguatan Moral Bangsa Lewat Pengajian Bersama Polres Tana Toraja

September 12, 2025

ARSIP

  • Iklan
  • Privacy & Policy

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Energi
  • Fa Aina Tadzhabun
  • Iptek
  • Apa Siapa
  • Digital
  • Hukum
  • Jejak Islam
  • Kesehatan
  • Kisah Teladan
  • Laporan
  • Lentera Hati
  • Liputan Khusus
  • Lintas Daerah
  • Resonansi
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pendidikan
  • Remaja
  • Siraman Rohani
  • Khutbah (PDF)
    • Khutbah Jumat Bahasa Arab
    • Idul Fitri Bahasa Arab
    • Idul Fitri (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (ust. Imam Rusdi)
    • Idul Adha (ust. Aceng Karimullah)
    • Idul Fitri (Kediri 2017)

© 2021 - Designed by LataniyaWeb

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In