Pemalang (12/5). Pembangunan masjid baru di Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, resmi dimulai dengan peletakan batu pertama pada Senin, 28 April 2025. Acara ini dipimpin oleh Kepala Desa Nyamplungsari, Abdul Wahid, dan dihadiri tokoh masyarakat serta aparat desa setempat.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Nyamplungsari, KH.Abdul Mutholib, bersama jajaran pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) LDII Desa Nyamplungsari dan Pimpinan Cabang (PC) LDII Kecamatan Petarukan. Hadir pula Dewan Penasihat DPD LDII Kabupaten Pemalang, Slamet Prayitno, yang turut memberikan dukungan atas inisiatif warga.
Menurut Slamet, pembangunan masjid ini merupakan hasil semangat gotong royong dan kepedulian warga yang tergabung dalam lingkungan LDII serta masyarakat umum. “Alhamdulillah, semua dana berasal dari swadaya masyarakat dan donatur warga sekitar. Ini menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial di lingkungan kami,” ujarnya.
Masjid tersebut dibangun di RT 005 RW 004 Desa Nyamplungsari, dengan ukuran bangunan sepanjang 12 meter dan lebar 6 meter. Lokasi ini dipilih karena berada di tengah-tengah permukiman warga, sehingga mudah dijangkau untuk kegiatan ibadah dan sosial keagamaan.
KH Abdul Mutholib, menyambut baik inisiatif pembangunan tersebut dan mengapresiasi peran LDII dalam menggerakkan partisipasi masyarakat. “Kami berharap masjid ini menjadi pusat dakwah yang sejuk dan mempererat silaturahmi antarwarga. Ini adalah langkah nyata dalam membangun masyarakat yang religius dan rukun,” katanya.
Kepala Desa Abdul Wahid juga menyampaikan dukungan penuh dari pemerintah desa terhadap pembangunan ini. Ia menyebut pembangunan rumah ibadah merupakan bagian dari peningkatan kualitas hidup masyarakat. “Pemerintah desa sangat mengapresiasi gerakan masyarakat, terlebih dari LDII, yang mampu memfasilitasi dan memotivasi warganya untuk membangun secara mandiri,” ujarnya.
Masjid yang sedang dibangun ini diharapkan menjadi pusat kegiatan keagamaan, pendidikan, serta sosial kemasyarakatan, “LDII sebagai salah satu organisasi keagamaan di desa tersebut dinilai telah menunjukkan kontribusi aktif dalam pembangunan berbasis keumatan dan gotong royong,” tutup Abdul Wahid. (Margiono/Wicak)