Ust. Hasanudin dalam Tayangan Oase Hikmah LDII TV beberapa waktu lalu menjelaskan tentang manisnya iman. Ia menerangkan setiap muslim sepatutnya bersyukur karena diberi anugerah keimanan, karena orang iman mendapatkan jaminan hidup yang mulia di dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya : “Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An Nahl Ayat 97)
Ia mengungkapkan dalam mempertahankan keimanan memang tidak mudah, karena banyak musuh yang selalu berusaha menggagalkan. Ust. Hasanudin menjelaskan, Nabi Muhammad SAW memberikan tips agar umatnya dapat mempertahankan keimanan.
Rasulullah SAW bersabda :
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: مَنْ كَنَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya : “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman (1) barang siapa yang Allah dan Rasul lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah, (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka” (HR. Bukhori)
Ust. Hasanudin menjelaskan bahwa para ulama berpendapat, manisnya keimanan adalah bukti dari hamba yang taat pada Allah dan Nabil sehingga menjadi orang salih baik secara ritual ibadanya dan sosialnya. Hal tersebut telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi yang dierapkan dalam kehidupannya.
“Contohnya dari Khalifah Abu Bakar As-Siddiq yang rela mengeluarkan seluruh harta bendanya untuk kepentingan agama karena cintanya pada Allah dan Nabi Muhammad. Begitu juga Khalifah Umar Bin Khattab, rela mengeluarkan setengah dari hartanya untuk kepentingan agama karena cintanya pada Allah dan Nabi. Begitupun dengan sahabat Khalifah Usman Bin Afan dan sahabat yang lain,” terangnya.
Ia juga menyinggung tentang persaudaraan dan kerukunan sesama muslim yang bisa dicontoh dari kaum Anshor yang bernama Saad Bin Robik. Saad dipersaudarakan dengan Kaum Muhajir yang bernama Abdurrahman bin Auf diawal hijrah dulu.
Ust. Hasanudin menceritakan, selain menawarkan separuh hartanya pada Abdurrahman, Saad juga menawarkan salah satu istrinya untuk untuk dinikahi. Ini merupakan ungkapan cinta dari Saad kepada Abdurrahman, tetapi tawaran tersebut ditolak. Abdurrahman memilih untuk berdagang dan akhirnya menjadi saudagar kaya di Madinah.
“Tak lupa dalam mempertahankan keimanan banyak sahabat Nabi yang mendapat perlakuan yang menyakitkan bahkan disiksa oleh orang musyrik, dan tidak sedikit yang gugur. Meski demikian tidak membuat lemahnya iman, karena tekad dan prinsip yang kuat tentang keimanan. Nyawa boleh lepas dari raga tapi iman tidak. Semua itu bisa mereka lakukan karena merasa manisnya iman dalam dirinya,” jelasnya.
Ust. Hasanudin juga menegaskan, iman adalah pondasi yang kuat dan orang akan bisa merasakan manisnya iman ketika bisa taat pada Allah, mengorbankan segala hal untuk kepentingan agama bukan sebaliknya. Memilih mengorbakankan agama untuk kepentingan segala hal, Naudzubilahimindalik. Ia mendoakan setiap umat dapat menjadi orang iman sampai mati khusnul khotimah. Amin (nabil)